Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

"Saya Tidak Khawatir Karena Kelelawar Bukan Dari Wuhan": Pasar Hewan Tomohon Diimbau Tutup Sementara

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Meski bukan sumber penyebaran virus corona, namun kehadiran Pasar Beriman, sebuah pasar hewan yang menjual binatang-binatang seperti kelelelawar di Tomohon Sulawesi Utara disarankan untuk ditutup paling tidak untuk sementara.

Pasar Beriman di Tomohon

  • Pasar Beriman di Tomohon banyak menjual binatang liar seperti kelelawar, ular untuk konsumsi manusia
  • Kelelewar bisa menyebarkan virus corona ke manusia
  • Sejauh ini virus corona sudah menyebabkan kematian ratusan orang di China

Baca Juga:

Wakil Wali Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Syerly Adelyn Sompotan juga mengimbau agar kegiatan di pasar tersebut untuk sementara dipertimbangkan kembali.

Tetapi, imbauan ini bukanlah keputusan resmi Pemerintah Kota Tomohon.

Imbauan bagi pedagang dan pembeli ini disampaikan Syerly saat mengunjungi Pasar Beriman di Tomohon, Kamis (30/01/2020) lalu.

Wakil Wali Kota Tomohon berdialog dengan warga
Wakil Wali Kota Tomohon, Syerly Sompotan mengunjungi Pasar Beriman, imbau warga untuk sementara tidak mengonsumsi dulu daging kelelawar.

Baca Juga:

Pasar ini memang menjual berbagai daging hewan yang tidak biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia pada umumnya, seperti kelelawar, ular, dan anjing.

Tetapi Syerly menegaskan, ia hanya bisa mengimbau dan imbauannya bukanlah keputusan atau ketetapan resmi Pemerintah Kota Tomohon.

Alasannya, Pasar Beriman sudah ada sejak lama dan masyarakat juga punya kebutuhan untuk mengkonsumsi daging kelelawar yang hanya bisa diperoleh di pasar tersebut.

Karena itu, Syerly juga mengimbau masyarakat untuk sementara waktu berhenti mengonsumsi daging kelelawar, sampai ada keputusan dan pengumuman resmi terkait penyebab virus corona.

Memperhatikan cara memasak

Pasar Hewan Ekstrem Tomohon
Pasar Beriman di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, dikenal menjual berbagai daging hewan yang tidak biasa dikonsumsi kebanyakan orang Indonesia.

Dari pantauan di lapangan, setelah merebaknya virus corona sejak awal tahun ini, aktivitas di pasar ekstrem di Tomohon ini masih berjalan normal.

Meski mengetahui tentang kasus virus corona, sebagian besar penjual dan pembeli daging di pasar ini mengaku tidak terlalu khawatir.

Sebagian besar dari mereka berpendapat, yang perlu diperhatikan secara khusus adalah bagaimana cara memasaknya sehingga aman untuk dikonsumsi.

Seperti yang dijelaskan Yani Palit, salah seorang pedagang yang juga sering mengonsumsi daging kelelawar.

"Kalau di sini masaknya sampai dua atau tiga kali, direbus dua sampai tiga kali sebelum diproses dengan bumbu," kata Yani.

Satu ekor kelelawar di pasar ini dihargai antara Rp 25.000 sampai Rp 50.000 tergantung ukurannya.

Warga Tomohon belum terlalu khawatir

Hewan liar lainnya di Pasar Beriman
Selain daging hewan, satwa liar hidup juga dijual di Pasar Beriman, Tomohon, Sulawesi Utara.

Salah satu pembeli, Syane, yang setiap hari berbelanja di Pasar Beriman ini juga mengatakan tidak khawatir dengan daging kelelawar yang selama ini dikonsumsinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Syane juga kembali menegskan proses masak yang menurutnya menjadi penentu kebersihan dan kesehatan masakan.

Jean-Pierre, wisatawan asing asal Perancis yang ditemui di Pasar Beriman juga mengaku tidak takut.

"Saya sudah dua minggu ini melakukan perjalanan, dan mendengar di berita tentang virus corona. Tapi saya tidak takut dan beraktivitas seperti biasa saja," katanya.

Interaksi manusia dan hewan liar yang berpotensi menularkan virus

Meski warga Tomohon rata-rata merasa tidak khawatir, Kepala Departemen Zoologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cahyo Rahmadi mengingatkan bahwa setiap hewan liar pada dasarnya membawa bakteri atau virus.

"Interaksi antara satwa liar dan manusia baik melalui aktivitas memelihara dan mengonsumsi harus diperhatikan agar tidak terjadi penularan virus," kata Cahyo kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.

"Kalau akhirnya kita sekarang menemukan beberapa jenis [virus] yang semestinya tidak ada di manusia tapi bisa menular ke manusia, itu akibat tingginya interaksi antara manusia dan satwa liar itu."

Tikus Sawah Pasar Tomohon
Tikus sawah adalah salah satu komoditas yang dijual di pasar ekstreme 'Beriman' di Kota Tomohon.

Sebagai tempat tempat interaksi antara manusia dan hewan liar, maka pasar hewan di Tomohon dinilai Cahyo sebagai tempat yang berpotensi tinggi menularkan virus.

Karena itu Cahyo meminta semua kementerian terkait dan lembaga penelitian agar terlibat aktif menggali potensi adanya virus-virus ini, sambil langkah pencegahan dilakukan.

"Tetapi selama belum ada penelitian yang bisa menjelaskan mengapa mereka tidak pernah sakit, usaha pencegahan seperti tidak mengonsumsi satwa liar sebaiknya dilakukan," kata Cahyo.

Aktivis minta pemerintah mengatur pasar

Sementara itu, Garda Satwa Indonesia, salah satu organisasi nirlaba yang memperjuangkan kesejahteraan beberapa waktu yang lalu juga menyerukan agar Pasar Beriman diatur.

Melalui akun instagram @gardasatwafoundation, mereka mengingatkan bahwa hewan-hewan yang dijual di pasar itu memang semestinya tidak dikonsumsi.

Suasana Pasar Beriman Kota Tomohon
Ular Phyton juga bisa ditemukan di pasar di Kota Tomohon ini.

"Hewan-hewan tersebut memang semestinya tidak dikonsumsi karena tidak ada dan tidak diawasi oleh UU Peternakan RI."

"Sehingga tidak ada jaminan bahwa daging-daging yang berada di luar UU Peternakan RI sehat dan layak untuk dimakan," tulis akun @gardasatwafoundation

Virus Corona yang mewabah di dunia saat ini dicurigai berasal dari kelelawar dan merujuk pada lokasi penyebarannya yang pertama kali ditemukan di sebuah pasar hewan di Wuhan, China.

Hingga Minggu (2/2/2020), lebih dari 140 kasus terkonfirmasi di luar lebih dari 20 negara di luar China, termasuk Amerika, Eropa, Asia, Australia, dan Timur Tengah.
Beberapa kasus bahkan melibatkan orang yang tak datang dari China, mengindikasikan ada infeksi akibat kontak antar-manusia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada