Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Program Mentor Mengemudi Membantu Para Migran di Tasmania Mendapatkan SIM

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Mehdi Safari seperti "mendapatkan kakinya lagi" setelah lulus ujian SIM. (ABC Northern Tasmania: Sarah Abbott)

Bisa mengemudi dan memiliki SIM menjadi salah satu hal penting bagi migran yang baru tiba di Australia agar bisa hidup lebih mandiri, terutama di kota-kota kecil di Australia yang biasanya jarang tersedia transportasi umum.

Ketika Mehdi Safari seorang migran baru asal Afghanistan yang berusia 18 tahun dan tinggal di Launceston, Tasmania, lulus ujian SIM, dia sangat lega dan bersyukur.

Baca Juga:

Sekarang ia bisa mengendarai mobil ke tempat kerja paruh waktunya di sebuah toko bahan bangunan dan juga ke sekolah setiap hari.

"Saya juga bisa lebih sering ke luar bersama teman-teman, dan bahkan bisa juga pergi olahraga, jadi sangat membantu bisa memiliki SIM," katanya.

Bukan cuma Mehdi yang senang.

Baca Juga:

Kelulusannya juga dirayakan program belajar stir mobil Drive4Life yang digelar Pusat Sumber Daya Migran Launceston karena Mehdi adalah orang ke-500 yang lulus.

Koordinator program tersebut, Janice Molineux, mengatakan apa yang mereka lakukan diharapkan bisa membantu para migran baru dan keluarga mereka yang tak jarang berlatar belakang pengungsi.

"Saya sangat senang dan sekarang sudah ada 511 orang yang lulus. Saya kira ini adalah hal yang bagus sekali," katanya.

Bekal untuk mandiri

Tiba dengan keluarganya di Launceston dari kota di Iran Ahvaz di tahun 2013, Mehdi Safari mengatakan dari kecil dia sudah suka dengan mobil dan bercita-cita menjadi montir mobil atau insinyur mesin.

"Ketika beranjak dewasa, saya membeli mainan mobil dan kemudian dipreteli untuk melihat bagaimana sistemnya bekerja," katanya.

Namun, ketika Mehdi sudah memenuhi syarat secara usia untuk mendapatkan SIM, dia mengalami kesulitan untuk berlatih menyetir dan memenuhi syarat durasi dari negara bagian Tasmania.

Di Australia, sebelum ujian mengemudi, seorang calon pengendara harus terlebih dahulu berlatih didampingi oleh mereka yang sudah memiliki SIM penuh.

Jumlah jam untuk latihan tersebut bervariasi di masing-masing negara bagian, berkisar antara 75 jam sampai 125 jam. 

Di Tasmania mereka yang berusia di atas 17 tahun harus menyelesaikan latihan selama 80 jam sebelum bisa mengikuti ujian berkendara di jalan.

"Bagi saya sulit sekali menemukan mobil untuk digunakan berlatih," katanya.

Mobil yang kemudian disediakan oleh program Drive4Life digunakannya untuk meningkatkan keterampilan mengemudi sampai akhirnya bisa lulus.

Tantangan bahasa Inggris

Menurut Janice, Mehdi dan 510 migran lainnya yang sejauh ini sudah lulus lewat program Drive4Life sudah berhasil melewati berbagai tantangan untuk bisa mendapatkan SIM di Australia.

"Salah satu tantangannya adalah mengetahui orang yang sudah memiliki SIM penuh yang mau membantu untuk menemani mereka sampai mencapai jumlah waktu yang dibutuhkan," katanya.

Faktor lain adalah kemampuan berbahasa Inggris yang mencukupi untuk bisa mengerti ketika menjalani tes.

Janice mengatakan beberapa orang yang sebenarnya bisa mengemudi tidak bisa lulus karena penerjemah tidak diizinkan berada di dalam mobil untuk membantu ketika menjalani tes.

Pemberlakuan tersebut dilakukan selama pandemi COVID-19 dan Janice Molineux mengatakan organisasinya sedang berusaha mencari jalan keluar mengatasi masalah tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kami berharap mereka yang masih belajar bahasa Inggris akan tetap bisa mendapatkan SIM. Tidak harus menguasai  bahasa Inggris dulu baru dapat SIM," katanya.

"Keamanan memang faktor utama, namun kita tidak harus memiliki bahasa Inggris yang  sempurna untuk bisa menyetir."

Janice mengatakan bisa mengendarai mobil dengan SIM resmi seperti "mengubah kehidupan" bagi banyak migran dan pengungsi yang tinggal di negara bagian Tasmania.

"SIM memberi mereka kebebasan, bisa ke kursus bahasa Inggris, dan bisa pergi ke tempat kerja di mana fasilitas transportasi umum tidak ada atau tidak mudah," katanya lagi.

Bawa mentor sendiri 

Program  Drive4Life yang dilakukan Pusat Sumber Daya Migran Launceston ini dimulai di tahun 2009.

Program tersebut memiliki 10 orang relawan instruktur yang mengajar menyetir menggunakan mobil yang didesain khusus.

Ada juga 500 pemilik SIM penuh yang terdaftar untuk membantu calon pengendara berlatih yang berasal dari berbagai latar belakang negara, mulai dari Afghanistan sampai Sudan.

Keberhasilan program tersebut kini telah membuat program ini kelabakan karena banyaknya calon pengendara yang ingin belajar tetapi tidak ada cukup instruktur untuk mengajar mereka.

Janice mengatakan karena sulitnya menemukan instruktur tambahan, terutama yang berbahasa lain selain Inggris, dia sekarang memulai inisiatif baru bernama "Bring Your Own Mentor" atau Bawa Mentor Sendiri sejak tahun lalu.

"Tidak masalah dalam urutan ke berapa Anda di daftar tunggu, kalau Anda bisa membawa seseorang untuk menjadi mentor Drive4Life, maka mereka akan membantu Anda dan orang lain dari daftar tunggu yang ada," kata Janice.

Dengan inisiatif inilah Mehdi berhasil lulus ujian SIM setelah dia diajari menggunakan mobil didampingi ayahnya, Abbas.

"Saya tidak mengalami kesulitan saat ia ajari  karena kami ayah dan anak," kata Mehdi.

"Ini membuat semua menjadi lebih mudah."

Akhirnya bisa mandiri

Abbas juga menjadi pendamping putranya yang lain, Milad, yang berusia 16 tahun dan istrinya Shah Jafari.

Abbas mengatakan dia senang bisa membantu mengajar dan bersedia menjadi relawan karena keinginannya membantu warga komunitas Afghanistan di Tasmania untuk mendapatkan SIM sehingga mereka 'bisa mandiri dan melanjutkan kehidupan mereka".

"Tidak memiliki SIM seperti memiliki beban tambahan di pundak kita," katanya.

Abbas Safari akan terus menjadi mentor dan juga sudah menjadi inspirasi bagi putranya Mehdi yang akan melakukan hal yang sama di masa depan.

"Saya ingin siapa saja yang sudah mencapai usia untuk mendapatkan SIM bisa mendapatkannya," kata Mehdi.

"Karena saya bisa merasakannya ketika kita lulus dan dapat SIM, kita akhirnya seperti menemukan kaki kita, sehingga kita bisa bepergian ke mana-mana.'

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada