Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Pornografi Online Menyebabkan Peningkatan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Anak Muda

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Pakar pendidikan seksual menilai kebanyakan anak muda belajar soal hubungan seksual lewat pornografi di internet. (Illustration: Ben Nelson)

Menonton pornografi telah meningkatkan jumlah anak-anak muda melakukan hubungan seks tanpa pengaman meningkat, penularan penyakit gonore dan penyakit seksual lainnya.

Vanessa Hamilton, pendiri Talking The Talk Healthy Sexuality Education mengatakan pornografi sudah menjadi satu-satunya platform yang digunakan banyak anak muda untuk belajar soal seks.

Baca Juga:

"Ketika saya bertanya kepada orang tua, 'bagaimana anak-anak mereka mendapatkan informasi?' mereka bilang, 'TikTok, pornografi, dan YouTube'," ujarnya.

"Hampir tak ada yang mengatakan orang tua, rumah, dan sekolah."

Vanessa, yang sudah 25 tahun bekerja sebagai perawat di bidang kesehatan seksual mengatakan banyak anak muda yang menonton porno seringkali berhubungan seks tanpa kondom.

Baca Juga:

Menurutnya perlu ada cara lain untuk membuat anjuran penggunaan kondom lebih menarik bagi anak muda, tidak lagi dengan pendekatan yang menakut-nakuti tertular penyakit seksual atau agar mencegah kehamilan.

Penyakit gonore telah menulari lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.

Kate Seib, seorang profesor di Griffith University mengatakan sekitar 40 ribu warga Australia didiagnosa terjangkit penyakit seksual menular setiap tahunnya.

Tapi kemungkinannya angka tersebut lebih tinggi karena 80 persen perempuan yang tertular tidak menunjukkan gejala.

Menurutnya peningkatan penyakit seksual yang menular di Australia telah meningkat 140 persen dalam 10 tahun terakhir atau lebih dari dua kali lipat.

"Kasusnya meningkat dan semakin sulit untuk diobati, jadi ini benar-benar menjadi fokus di urutan teratas kami."

"Di zaman resistensi antimikroba seperti saat ini, ada potensi masalah ini akan jadi lebih umum di masa depan."

Upaya pengembangan vaksin

Dr Seib, yang juga peneliti di Institute for Glycomics di Griffith University, mengatakan saat ini sedang ada upaya untuk menemukan vaksin bagi penularan yang sudah jadi resistensi terhadap semua jenis antibiotik.

Menurutnya mengobati penyakit gonore sudah berada di garis akhir, karena jika semakin resisten terhadap obat antibiotik yang ada, maka tidak ada pilihan apa-apa lagi.

"Itulah mengapa kita bekerja keras untuk menemukan vaksin sehingga kita dapat mencegahnya agar tidak menyebabkan masalah."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gonore dapat menyebabkan penularan di tenggorokan, alat kelamin dan dubur dan paling sering terjadi pada orang muda berusia 15-24 tahun.

Pada tahun 2018 penyakit "gonore super" ditemukan di Australia yang resisten terhadap semua antibiotik.

Dr Seib mengatakan itulah sebabnya vaksin dibutuhkan segera.

"Kita semakin dekat," ujarnya, "kita berharap beberapa kandidat [vaksin] yang teridentifikasi di lab dalam beberapa tahun bisa segera jalani uji klinis."

Sejumlah ilmuwan juga mengatakan mereka sedang melihat apakah vaksin meningitis dapat juga digunakan sebagai vaksin gonore.

"Mereka melihat di beberapa tempat berbeda jika orang yang mendapat vaksin meningitis lebih sedikit memiliki gonore," jelasnya.

Hal ini selanjutnya akan diuji klinis jika vaksin tersebut bisa mencegah dua penyakit dengan perkiraan sekitar 30 hingga 40 persen.

Dr Seib juga mengatakan penyakit seksual yang menular bisa memengaruhi perempuan untuk dapat hamil dan melahirkan bayi yang sehat.

Saat ini Dr Seib yakin jika vaksin untuk penyakit gonore bisa ditemukan setidaknya lima tahun lagi.

Edukasi jadi solusi saat ini

Vanessa mengatakan penelitian global menunjukkan saat anak-anak berusia dibawah 17 tahun diberikan informasi yang akurat sesuai usia mereka soal seksualitas, 'consent' atau persetujuan dari kedua belah pihak, dan hubungan yang saling respek, maka hasilnya akan lebih baik.

"Mereka menunda berhubungan seks sampai mereka lebih dewasa, lebih sedikit tertular penyakit seksual dan lebih sedikit kehamilan yang tidak diinginkan," katanya.

Ia mengatakan anak-anak muda menanggapinya lebih baik jika seorang dokter, guru, atau orang tua berbicara secara terbuka dan jujur tentang kenikmatan, tanggung jawab, kepuasan, dan keintiman.

Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam bahasa Inggris

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada