Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Ikan Mas Bisa Menjadi Alternatif Bagi Warga Australia di Saat Harga 'Seafood' Semakin Mahal

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Mengonsumsi ikan air tawar seperti ikan mas bisa membantu mengatasi masalah lingkungan dan juga menghemat biaya hidup bagi warga Australia. (Supplied: DELWP)

Mengonsumsi ikan mas bukan saja bisa mengatasi masalah lingkungan air tawar di Australia, tapi sekarang jadi alternatif di saat harga 'seafood' semakin mahal.

Pernyataan tersebut disampaikan manajer perikanan Departemen Industri Primer dari negara bagian New South Wales (NSW), Luke Pearce, yang selama ini giat menganjurkan warga Australia untuk menyantap ikan air tawar ini.

Baca Juga:

Sejak diperkenalkan ke sistem perairan Australia, ikan mas telah berubah menjadi hama paling buruk yang menimbulkan dampak negatif pada kualitas air dan keanekaragaman hayati.

"Mereka memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan menyebabkan masalah besar dalam sistem sungai kita," kata Luke.

Selama ini, ada anggapan bahwa ikan mas tidak layak dimakan sehingga membuat orang menghindarinya.

Baca Juga:

"Saya juga cukup lama berpendapat demikian, namun akhirnya saya telah meyakinkan banyak orang untuk mencicipinya," kata Luke.

Mengatasi hama

Meskipun ikan mas dapat bertahan hidup pada lingkungan perairan yang kurang menarik seperti di air pengolahan limbah, namun Luke yakin jika Anda bisa memakan ikan lain dari sumber air yang sama, ikan mas juga aman untuk dikonsumsi.

"Jadi, jika Anda memakan ikan trout atau cod dari jalur air yang sama, maka ikan mas pun akan aman untuk dimakan," katanya.

Luke mengatakan mengatasi rasa ikan juga sesuatu yang perlu diperhatikan.

Saat stres, ikan mas menghasilkan histamin yang menimbulkan bau dan rasa lumpur yang khas.

"Semakin cepat Anda mendinginkan ikan ini, semakin kecil kemungkinan rasa berlumpur akan muncul," katanya.

Lendir licin di tubuh ikan mas juga menodai reputasi ikan ini untuk dimakan. Padahal, kata Luke, solusinya cukup cukup dengan mengulitinya.

"Begitu Anda mengulitinya, lendir itu hilang dan Anda mendapatkan fillet ikan yang bersih, segar, dan lezat," jelasnya.

Karena itu, terlepas dari rencana pemusnahan massal ikan mas dengan cara mengenalkan virus herpes ke populasinya, Luke menyebut perlunya mendorong warga untuk menjadikan ikan mas sebagai alternatif sumber protein.

Bagaimana dengan belut?

Ikan air tawar lainnya seperti belut telah lama menjadi sumber protein dan dikonsumsi oleh penduduk asli.

Seorang penduduk asli dari Jupagalk di Victoria, Neil Murray, menjelaskan banyak warga setempat akan berkumpul di akhir musim panas di Danau Bolac saat belut memulai migrasi tahunan untuk bertelur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Belut adalah ikan yang paling disukai oleh penduduk asli," katanya. 

"Makanan ini sangat bergizi, berlimpah dan mudah ditangkap."

Neil mengatakan meskipun industri belut cukup menguntungkan, sebagian besar hasil tangkapannya dibekukan untuk ekspor.

"Saya sendiri biasanya memanggang belut ini dengan arang, memotongnya menjadi beberapa bagian dengan panjang sekitar empat inci dan membiarkan minyaknya menetes," katanya.

"Mungkin banyak orang menolak makan karena itu makhluk berlendir dan menggeliat seperti ular, tapi bila Anda dibesarkan di daerah seperti saya, ini sudah jadi bagian dari makanan kami," tambahnya.

Ikan laut akan semakin mahal

Pakar kelautan dan perikanan Universitas Melbourne, Dr John Ford, mengatakan dari beragam spesies yang ditangkap nelayan, hanya sedikit yang berhasil sampai ke pasar.

"Ikan yang Anda lihat di rak-rak supermarket, yang begitu diminati, akan semakin mahal," kata Dr Ford.

"Lautan tidak dapat memberi kita lebih banyak ikan daripada sekarang dan seiring bertambahnya populasi, permintaan pun meningkat," jelasnya.

Menurut Dr Ford, hal ini mengakibatkan munculnya produk-produk berkualitas lebih rendah, seperti tepung ikan, produk yang terbuat dari ikan tangkapan liar dan produk sampingannya.

Namun dia mengatakan ada satu alasan utama mengapa produk ikan yang kurang dikenal tidak banyak dijual di pasar.

"Kita tidak tahu cara memasaknya. Ini yang sebenarnya menjadi tantangan," ujarnya.

Konsumen harus merasa nyaman memasak produk yang masih asing bagi mereka.

"Jadi perlu keberanian untuk mulai menempatkan produk ini di rak supermarket dan untuk mendidik orang cara mengolahnya," kata Dr Ford.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada