Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo BBC

Mata uang kripto turut diandalkan penjahat siber untuk meraup untung, mungkinkah diatasi penegak hukum?

Reporter

Editor

BBC

image-gnews
Iklan
US dollar bills and coins symbolising Bitcoins Reuters

"Ikuti ke mana uangnya berpindah." Selama beberapa generasi anjuran itu merupakan mantra para penyelidik saat sedang mencari pelaku kejahatan.

Di jagat internet, pertarungan antara penjahat dan pihak berwenang telah berlangsung lama.

Baca Juga:

Terlepas dari sifat mata uang kripto yang anonim, puluhan penjahat dunia maya telah ditangkap dalam dua tahun terakhir.

Kuncinya adalah sebuah teknik baru yang dapat melacak dana mereka di blockchain cryptocurrency atau dompet mata uang krito yang memuat daftar transaksi.

Tapi apakah strategi ini dapat dihindari para pelaku kejahatan?

Baca Juga:

Sebuah layanan baru telah diluncurkan di situs internet gelap yang menawarkan cara kepada penjahat untuk memeriksa seberapa "bersih" koin digital mereka.

"Kami melihat para penjahat mulai melawan balik analitik blockchain dan layanan ini adalah yang pertama," kata Tom Robinson, kepala ilmuwan dan pendiri di penyedia analisis Elliptic.

"Ini disebut Antianalisis dan dengan modal US$3 (Rp43.121), penjahat sekarang dapat memeriksa dompet Bitcoin mereka sendiri dan melihat apakah ada hubungan dengan aktivitas kriminal yang dapat ditandai pihak berwenang," ujar Robinson.

Robinson berkata, penemuan itu menunjukkan betapa canggihnya jaringan kejahatan dunia maya. Di sisi lain itu juga mengungkap betapa para penjahat kini cemas tertangkap.

"Ini adalah teknik yang sangat berharga. Jika dana Anda tercemar, Anda dapat melakukan lebih banyak pencucian dan mencoba menghapus hubungannya dengan aktivitas kriminal sampai Anda memiliki koin bersih," kata Robinson.

Menurut Robinson, ini adalah tren baru yang mengkhawatirkan. Siasat ini yang dapat menyulitkan penegakan hukum.

Tapi untungnya para peneliti menyebut layanan yang dimanfaatkan pelaku kejahatan itu tidak dapat bekerja maksimal saat ini.

"Cara ini sebenarnya tidak terlalu bagus dalam mengidentifikasi kaitan dengan situs kriminal. Namun, itu pasti akan meningkat seiring waktu. Jadi saya pikir ini akan menjadi kemampuan yang signifikan bagi penjahat dan pencuci uang di masa depan," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemerintah di seluruh dunia, antara lain China, Uni Emirat Arab dan Inggris sedang mencoba mengatasi masalah pencucian uang yang berkembang melalui cryptocurrency.

Ada beberapa penangkapan terkenal berkat pelacakan cryptocurrency - seperti remaja Amerika Serikat bernama Graham Ivan Clark, yang saat ini dipenjara karena mendalangi salah satu peretasan media sosial terbesar sepanjang sejarah.

Clark menemukan cara untuk mengambil alih akun Twitter puluhan selebritas, termasuk Kim Kardashian, Elon Musk, Bill Gates, dan Joe Biden.

Clark dan tim peretasnya kemudian mengunggah cuitan iklan penipuan cryptocurrency, menerima ratusan transfer dari publik dengan harapan dapat menguangkan dari hadiah palsu.

Hanya dalam beberapa jam Clark menghasilkan lebih dari US$100.000 (Rp1,4 miliar) dan memulai proses memindahkan dana untuk menyembunyikan jejaknya.

Aktivitasnya itu tidak berhasil. Dalam lembar dakwaan terhadapnya, Departemen Kehakiman AS mengatakan bahwa petugas dapat "menganalisis blockchain dan transaksi Bitcoin yang dianonimkan yang memungkinkan identifikasi" para peretas.

Clark, sekarang berusia 18 tahun, mengaku bersalah dan menjalani hukuman tiga tahun di penjara Florida.

Pertumbuhan koin privasi

Tren lain yang mengkhawatirkan pihak berwenang adalah peningkatan penggunaan apa yang disebut koin privasi. Ini adalah cryptocurrency seperti Monero dan XRP yang menawarkan lebih banyak anonimitas daripada koin arus utama seperti Bitcoin.

Dalam beberapa kasus pemerasan, peretas kini meminta korban untuk membayar menggunakan koin ini dengan imbalan diskon.

Sekali lagi, ini adalah tren yang belum sepenuhnya dilakukan banyak orang. Kim Grauer, direktur bidang penelitian di perusahaan analisis cryptocurrency, Chainalysis, menyebut metode ini memiliki kelemahan.

"Koin privasi belum diadopsi sejauh yang diharapkan. Alasan utamanya adalah mereka tidak cair seperti Bitcoin dan cryptocurrency lainnya.

"Cryptocurrency hanya berguna jika Anda dapat membeli dan menjual barang dan jasa atau menguangkan ke uang arus utama, dan itu jauh lebih sulit dengan koin privasi," kata Grauer.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada