Iklan
TEMPO Interaktif, Banyumas:Wabah malaria menyerang ribuan warga pedesaan di lima kecamatan Kabupaten Banyumas. Data korban meninggal semakin bertambah. “Di wilayah RT (Rukun Tetangga) sini, dari 20 kepala keluarga, hanya lima yang masih selamat. Aktivitas kerja masyarakat berkurang, karena mereka memilih diam di rumah,” ujar Daryo, warga Desa Watuagung, Minggu (6/1). Data yang dihimpun Tempo News Room, wabah malaria semakin meluas menyerang warga sejumlah desa di Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Somagede dan Banyumas. Penyebaran berlangsung sangat cepat. Laporan resmi Camat Sumpiuh, M. Najib, hingga 5 Janurai 2002 tercatat 8.487 orang di wilayah kerjanya yang terserang malaria. Setidaknya, 20 penderita telah meninggal dunia. “Yang masih dirawat 2.089 penderita. Warga memang semakin was-was dengan penyebaran penyakit ini. Masalah ini, sebenarnya juga sudah kita laporkan ke Puskesmas maupun instansi terkait,” kata Najib. Camat Tambak, Tjandra, mengatakan selama sebulan terakhir di wilayahnya terdapat 8 kasus kematian dengan gejala terserang malaria. “Kita tidak berani memastikan apakah kematian mereka disebabkan oleh penyakit malaria, tapi gejalanya memang seperti itu,” kata Tjandra. Kepala Puskemas Sumpiuh I, Dokter Drajat, mengatakan dalam beberapa minggu terakhir jumlah penderita malaria semakin meningkat. “Untuk mengantisipasi, kami sudah melakukan pengobatan massal. Sumber penyakit diperkirakan dibawa oleh sejumlah eksodan dari luar Jawa,” kata Drajat. Komisi E DPRD Banyumas dua kali melakukan inspeksi mendadak di sejumlah daerah rawan. Mereka mendesak Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Banyumas untuk mundur dari jabatan kalau tidak bisa mengurusi penyakit tersebut. “Masyarakat semakin panik, tapi para pejabat itu masih saja meributkan tentang data. Masyarakat sudah butuh langkah nyata. Kalau tidak mampu, ya mundur saja,” kata Ketua Komisi E DPRD Banyumas, Musaddad Bikri Noer. Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Banyumas, Dokter. Choirul Mufied, mengatakan dari sekitar 5.000 penderita malaria, hanya satu orang yang meninggal. Kalau ada laporan korban meninggal 60 orang, seperti yang disampaikan DPRD, mestinya diteliti lebih jauh tentang penyebab kematian. “Kalau soal tindakan, kita sudah melakukan pengobatan massal. Kita juga akan melakukan pengasapan di 8.500 rumah penduduk pada 14 desa yang paling banyak penderitanya,” kata Choirul Mufied. (Syaiful Amin)
Iklan
