Selain karena kesalah pahaman, kata Ketua PBNU ini, kondisi yang carut marut itu juga terjadi akibat adanya ketidak seimbangan penerimaan informasi yang diterima oleh masyarakat. Akibatnya, imbuh mantan Ketua PWNU Jawa Timur ini, masyarakat menjadi salah dalam memahami kondisi yang berkembang. Kesalah pahaman tersebut, kata Muzadi, pada akhirnya berkembang menjadi suatu gerakan massa.
Ketua PBNU ini menilai, dalam kondisi sekarang, di kalangan masyarakat berkembang dua macam aliran. Pertama, kata dia, aliran yang berkembang di permukaan. Jenis ini merupakan hasil rekayasa manusia yang bertujuan menciptakan ketidakstabilan pemerintahan.
Sementara aliran kedua adalah yang muncul di bawah permukaan. Aliran jenis ini, jelas Hasyim, merupakan kondisi di mana masyarakat tidak terpengaruh oleh adanya rekayasa politik. Kelompok masyarakat jenis ini, kata dia, umumnya sudah dapat memilah mana yang benar dan mana yang salah.
Gerakan-gerakan yang timbul di kalangan masyarakat belakangan ini, jelas Muzadi, merupakan reaksi ketidak-puasan tindakan elite politik. Karena menilai elite politik tidak jujur, rakyat jadi memberontak. Kondisi rakyat saat ini dapat dimasukkan pada kelompok aliran ke dua, imbuh Hasyim. Untuk menghentikan gerakan massa tersebut, kata Hasyim, diperlukan adanya kesadaran dari kedua belah pihak, elite politik dan masyarakat.
NU sendiri, tegas Hasyim, sejauh ini tetap memegang komitmen menjadi organisasi keagamaan. NU tidak akan terlibat dalam kegiatan politik. Kalau kemudian ada kerutan-kerutan, itu akibat kondisi politik yang memanas, tegasnya. (Oman Sukmana)
Baca Juga: