Para saksi yang keterangannya dianggap Yosfiah meragukan adalah Olandiono Gutterest, Terrano, C1 dan L1. Yunus mengatakan, perbedaan-perbedaan kesaksian tersebut misalnya mengenai aspek waktu, lokasi, dan jumlah wartawan yang menjadi korban pada suatu lokasi. Dari aspek waktu, kata dia, perbedaan keterangan yang ditemukan adalah soal waktu dibunuhnya kelima wartawan, yaitu pukul 5, 8, dan 9 pagi. Sementara dari aspek lokasi, ada perbedaan lokasi rumah tempat wartawan tersebut dibunuh.
Kemudian, jelas Yosfiah, dari segi jumlah, salah satu keterangan menyebutkan kelima wartawan dibunuh di sebuah rumah. Sementara keterangan lain menyebutkan tiga wartawan dibunuh di rumah lain dan satu wartawan dibunuh di jalanan. Ini ada cerita yang berbeda, kata mantan Menteri Penerangan ini.
Hasil penyelidikan tentang kasus ini, jelas Yosfiah, sebetulnya sudah dianggap selesai pada Agustus 1996. Hal itu, kata dia, sesuai dengan Sherman Report, yaitu chief of national authority Australia. Yunus juga mengatakan bahwa laporan pertama Sherman report menyatakan kelima wartawan itu dianggap tertembak dalam pertempuran. Sementara, laporan kedua Sherman menyebutkan, keterangan dari saksi mata (close eyes witness) tidak jauh berbeda dengan laporan pertama. Sherman berkesimpulan tidak ada dukungan data-data. Saya tertawa mendengarkan kesaksian-kesaksian (yang kini muncul) itu, kata Yunus.
Sementara itu, Abillio Jose Asorio Soares mengatakan, munculnya kasus tersebut karena keadaan Indonesia sedang kacau. Dia mencontohkan perkara jajak pendapat di Timor Timur yang mencuat justru saat Indonesia mengalami konflik politik dan ekonomi. Kita menghadapi tekanan dunia internasional dan saya siap memberi kesaksian kepada siapa pun dan di mana pun, tegas dia. (Hilmansyah)