Informasi yang diperoleh TEMPO Interaktif dari Sekretariat PMPTT Atambua, menyebutkan, sejak September sampai dengan 18 Oktober 2000, warga Timtim yang pulang kembali ke kampung halaman sebanyak 198 KK atau 935 jiwa. Pada November 2000 310 KK atau 1.499 jiwa, Desember 302 KK atau 485 jiwa, Januari 2001 145 KK atau 485 jiwa dan Februari 2001 408 KK atau 1.368 jiwa. Pemulangan terakhir terjadi kemarin terhadap 408 KK atau 1.368 jiwa.
Satgas PMPTT di Kupang, Paul Amalo, Sabtu (3/3), menjelaskan bahwa pemulangan pengungsi menggunakan jalan darat dan laut. Selain difasilitasi PMPTT, pemulangan ini juga didukung oleh IOM, TNI dan Polri. Untuk angkutan laut, biasanya melalui Pelabuhan Tenau, Kupang. Sedangkan melalui jalur darat, selama ini menggunakan beberapa pintu yakni Motaain, Metamauk, Hauma dan Turiskain.
Menanggapi arus pemulangan pengungsi Tim-Tim di Timor Barat yang begitu membludak, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Uni Timor Aswain (UNTAS=Persatuan KsatriaTimor) Filomeno de Jesus Hornay mengatakan, pihaknya tidak pernah memaksa atau melarang pengungsi untuk menentukan sikap apakah kembali ke Tim-Tim ataumenetap di Indonesia.
UNTAS juga mendukung upaya-upaya rekonsiliasi, repatriasi, ressetlement dan registrasi ulang pengungsi di Timor Barat dan sekitarnya. Meskipun demikian, dia mengharapkan pihak-pihak tertentu untuk menjadikan pengungsi sebagai proyek demi kepentinganpribadi.
Pengamat politik NTT Chris Boro Tokan SH.MHum secara terpisah mengatakan, pilihan sikap pengungsi untuk kembali ke Tim-Tim merupakan sikap yang sangat positif.Sebab, pemerintah Indonesia saat ini memang masih membantu mereka. Tetapi, keadaan itu bisa berubah. "Pengungsi sendiri tahu bahwa selama ini bantuan kepada pengungsi meskipun berasal pemerintah tetapi lebih banyak disunat oleh pemerintah sendiri. Sehingga yang sampai ke tangan pengungsi tidak sesuai dengan apa yang sudah ditentukan," kata Chris.
Chris mengharapkan, warga Tim-Tim yang kembali ke kampung halaman agar betul-betul mempersiapkan diri untuk memulai hidup baru dan cepat menyesuaikan diri dengan keadaan di Timtim. (Cyriakus Kiik)