Sri-Edi menegaskan bahwa budaya ketertundukan Indonesia besar sekali, sehingga Idonesia mau didikte oleh IMF. Padahal IMF tersebut tidak selalu benar. Saat ini ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 3,2%. Padahal bantuan IMF belum cair, perbankan masih belum baik, konglomerat masih “tertidur,” dan investor asing belum masuk. Pertumbuhaan ekonomi demikian itu merupakan bukti nyata bahwa kita tidak perlu tergantung dengan IMF. Untuk mebangun perekonomian Indonesia sebaiknya kita harus mempunyai self confidence dan fighting spirit, yaitu percaya dengan kemampuan diri sendiri. Saat ini Indonesia terpuruk secara kultural akibat adanya pemikiran seolah-olah ekonomi Indonesia tidak mungkin membaik tanpa adanya bantuan IMF.
“saya sudah menyarankan sejak tahun 1997, agar kita tidak lagi meminjam kepada IMF.” Indonesia seharusnya sudah punya rencana untuk 10 sampai 15 tahun kedepan, untuk membangun ekonomi bangsa tanpa hutang dari luar negeri, jelas Edi. Saat ini, kritik terhadap IMF makin besar di luar negeri. Bahkan menurut Sri-Edi, Kissinger pernah mengatakan IMF dan globalisasi merupakan bentuk dari Imperialisme AS. Seharusnya Indonesia lebih kritis, dan jangan mau didikte oleh IMF. Sementara itu Prof.Dr.Suroso Imam Zadzuli menjelaskan bahwa IMF dan lembaga moneter internasional lainnya yang seaspirasi dengan IMF bukanlah dermawan tetapi lebih cenderung sebagai rentenir yang mematikan. Hal ini terlihat dengan adanya bunga pinjaman yang sebesar 1,5% sampai dengan 2,5% pertahunnya. Bunga ini kelihatannya rendah, sesungguhnya bunga itu jauh lebih mengntungkan bagi negara donor, karena jika mereka depositokan di dalam negeri mereka sendiri, maka bunganya lebih rendah, misalnya untuk Yen Jepang itu hanya sekitar 1,0%. Selain itu IMF menerapkan syarat yang berbelit-belit bagi negara penerima pinjaman, yang tujuan sebenarnya agar negara sponsor IMF dapat menarik berbagai keuntungan melaui bisnis antar negara yang mereka lakukan.
Sementara itu, Hariadi Darmawan, yang memberikan kata sambutan sebelum seminar itu dimulai mengatakan bahwa, “tanpa IMF kita bisa jalan terus, dalam hal ini saya sependapat dengan Bung Karno, go to hell with your aid,”. Saat ini, perekonomian Indonesia, secara total tumbuh sekitar 4,2% sampai dengan 4,8%. Ini semua kita capai melalui ekonomi rakyat, bukan karena adanya bantuan IMF ataupun partisipasi konglomerat. Demikian dijelaskan oleh mantan Ketua ILUNI tersebut. (Dedet Hardiansyah)