Massa FPBI itu baru saja menyaksikan sidang Eurico Guterres di PN Jakarta Utara sebelum menuju ke kedutaan AS dengan menggunakan sejumlah kendaraan. Mereka melakukan long march dari depan kantor Pemda DKI sampai ke Kedutaan AS tersebut.
Sekitar pukul 14.00, massa FPBI tiba di depan kedutaan AS dan “menyerbu” pintu gerbang. Melihat itu, baik aparat Polri maupun petugas keamanan kedutaan segera melakukan tindakan antisipasi dengan menghalau mereka dari pintu gerbang. Namun tak urung seorang pengunjuk rasa berhasil mencapai pintu gerbang dan menyandarkan pamflet tersebut.
Petugas kedutaan yang berada tepat di balik pintu gerbang kontan berusaha menyingkirkan pamflet tersebut. Tindakan itu ternyata justru memancing pengunjuk rasa lain kembali menyerbu pintu gerbang dan mencaci maki petugas kedutaan. Namun, aparat polri tidak tinggal diam. Mereka kembali menghalau pengunjuk rasa menjauhi pintu gerbang.
Saat itulah, pengunjuk rasa melempar telur dan tomat ke arah pintu gerbang kedutaan. Bersamaan dengan itu, dua truk yang mengangkut petugas pengendalian masyarakat (dalmas) tiba di lokasi. Petugas dalmas segera mengepung para pengunjuk rasa, mencegah agar tidak terjadi lemparan kembali. Hingga pukul 15.30, massa pengunjuk rasa masih berada sekitar 10 meter dari pintu gerbang.
Ketua FPBI, Reni Jayusman, ketika ditemui TI mengatakan bahwa mereka akan bertahan sampai mereka diterima perwakilan dari kedutaan AS. “Kami hanya ingin menyampaikan surat terbuka kepada Presiden George W. Bush. Kita akan bertahan terus dan kalau perlu mogok makan,” kata Reni yang termasuk selebritis itu.
Isi surat terbuka yang akan disampaikan itu antara lain meminta AS untuk tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri Indonesia dan menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk memperhatikan ancaman integrasi yang kian menganga.
FPBI juga mengatakan bahwa mereka akan menjadi lokomotif utama bagi gerakan anti AS jika AS tetap berkehendak menghancurkan NKRI dengan isu demokratisasi dan penegakan HAM-nya. (Suseno)