Dalam aksi yang dimulai pukul 09.00 WIB, massa yang rata-rata mengenakan ikat kepala bertuliskan KAMMI dan HMI, sempat melakukan long march ke Stasiun RRI Jalan Ahmad Yani Semarang. Di sana mereka meminta RRI untuk menyiarkan secara langsung sejumlah tuntutan yang mereka buat.
“Namun karena sedang ada acara yang tidak bisa diganggu akhirnya pernyataan kami ditangguhkan dan baru disiarkan dalam berita daerah pukul 14.00,” jelas Ahmad Supari dari HMI MPO.
Selain meminta dihentikan politisasi rakyat, Gema Ukhuwwah juga meminta segenap komponen bangsa mewaspadai segala bentuk upaya provokasi dan adu domba. Indikasinya, kata mereka, bisa dilihat dari modus penyusupan dalam rangka membangkitkan kembali komunisme di Indonesia.
“Untuk itu, mari secara tegas kita menolak praktek-praktek premanisme dan kekerasan politik dengan menghancurkan segala bentuk kapitalisme politik Orde Baru,” lanjut Supari saat membacakan tuntutan.
Setelah berorasi di halaman RRI, peserta aksi melanjutkan long march menuju Bundaran Simpanglima dan DPRD I Jawa Tengah (Ja-Teng) Jalan Pahlawan Semarang. Sepanjang jalan, mereka meneriakan yel-yel segera dihentikannya pertikaian antar-elite politik yang berimbas kepada masyarakat.
“Sangat ironis, saat daerah-daerah tak kuasa menahan duka, di Jakarta malah digelar pesta perebutan kue kekuasaan. Sementara demi kepentingan elite politik, rakyat dijadikan tumbal,” ujar seorang peserta aksi saat berorasi di Simpanglima.
Di DPRD I Ja-Teng, peserta aksi sempat meminta dialog dengan pimpinan Dewan. Namun karena terikat aturan dan prosedur di sekretariat dewan para peserta aksi pun gagal menggelar dialog. “Saya tidak paham, prosedur di DPRD I Ja-Teng sangat sulit, padahal kami datang baik-baik untuk berdialog,” jelas Supari. (Ecep S. Yasa)