Mereka berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, NTB, Jabar dan Jakarta. Di antara kiai Khos yang bakal hadir adalah KH Abdullah Salam (Kajen, Pati), KH Dimiyati Rois (Kendal), KH Abdullah Chundori (Tegalrejo, Magelang), KH Muhaiminan (Temanggung), KH Subadar ( Pasuruhan), KH Cholil Nurahman (Kalimantan Timur), KH Machrus Usman (NTB) dan tuan rumah KH Cholil Bisri dan KH Mustofa Bisri. Juga diharap hadir Ketua Umum PB NU, KH Hasyim Muzadi.
Dalam pertemuan itu, para ulama sepakat ingin menyumbangkan pemikiran untuk menyelamatkan bangsa dari disintegrasi. Wujudnya adalah memberikan rekomendasi ke seluruh pemimpin, baik yang ada di tingkat ekskutif, legislatif maupun TNI. “Kami sudah tidak lagi bicara kepentingan individu, atau kelompok, misalnya hanya untuk mempertahankan Gus Dur sebagai Presiden,” ujar Cholil, yang juga pengasuh Pesantren Roudlatut Tolibien.
Sebab, para kiai menyadari setiap orang atau kelompok mempunyai sisi pandang berbeda. Dan para kiai takut adanya takdir Allah. Karena itu, dalam pertemuan para kiai ingin mengakomodir dan menyatukan persepsi dari berbagai kepentingan para elite. Misalnya, Golkar berkepentingan atas eksistensinya. PDI-P berharap peran Wakil Presiden Megawati agar lebih besar. TNI berharap agar ekskutif tidak mencampuri internnya, dan adanya pihak lain yang menginginkan kue lebih besar. “Semua itu berusaha untuk diakomodir dalam pertemuan itu,” ucap Cholil Bisri.
Selanjutnya, melalui rekomendasi para kiai itu, para elite politik, terutama Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR dan para politisi diharapkan dapat memikirkan kepentingan bangsa. Sebab, jika ontran-ontran (keruwetan) itu tidak segera diakhiri, yang ditakutkan para kiai, “Allah akan menurunkan andab yang lebih pedih”. Tanda- tanda itu dapat kita lihat, kata Cholil Bisri, “terjadinya banyak bentrok horisontal “ yang terjadi belakangan ini. Sehingga, para kiai memandang perlunya dilakukan istighfar kolektif. (Bandelan Amaruddin)