Menurut Paskah, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2001 merupakan cerminan buruknya kinerja pemerintah dalam memenuhi target fiskal. Pemerintah telah gagal mencapai target-target yang telah ditetapkan dalam APBN. Seperti diketahui, sekarang pemerintah dan IMF sedang berlangsung pembicaraan intens mengenai kemungkinan dilakukannya revisi asumsi-asumsi makro dalam APBN.
Paskah sepakat dengan pengamat lain bahwa permasalahan APBN 2001 memang gawat. Beberapa asumsi makro yang ditargetkan pemerintah, di antaranya nilai kurs rupiah 7800 per dolar, bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) 11 persen, dan harga minyak bumi US$ 24 per barel, meleset. Depresiasi rupiah yang berkelanjutan, telah mengakibatkan Bank Sentral mengambil tindakan menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Akibatnya beberapa pos pembiayaan APBN meningkat.
Banyak pengamat, termasuk IMF, mengkhawatirkan bahwa defisit APBN akan mencapai Rp. 100 triliun atau 5,5 persen PDB (product domestic brutto). Padahal dalam asumsi APBN 2001, defisit APBN hanya Rp 52,5 triliun atau 3,7 persen dari PDB. (Rifat Pasha)