Ledakan yang cukup keras itu, awalnya dilaporkan ke pos pengamanan personil Yonif 521 oleh masyarakat. Aparat kemudian mendekati salah satu bekas rumah berlantai dua milik warga, yang diduga sebagai sumber ledakan. Di sana, aparat menemukan sejumlah korban dan segera memberikan pertolongan.
Untuk sementara, aparat keamanan menduga ledakan itu terjadi akibat kesalahan merakit bom. Dansektor 1/Pengamanan Ambon, Kolonel Inf. Soegiartha, kepada wartawan di Ambon, Senin (23/4), menjelaskan, di tempat kejadian terlihat sebuah buku, yang masih dalam keadaan terbuka. Selain itu juga didapati bahan kimia dan perlengkapan pembuat bom lainnya.
Barang bukti lainnya yang diamankan aparat keamanan adalah sepucuk senjata MK1 standar polisi dengan 20 amunisinya, 20 amunisi colt, empat selongsong bom rakitan, 99 buah detenator, bahan kimia, dua lampu pelita, satu lampu petromax, satu tustel, tiga buah "veldples", dua timer, sejumlah baju kaos bertuliskan laskar mujahidin dan dua parang panjang. Barang bukti itu kini diamankan ke Kodam
Sayangnya, pelaku ledakan itu tidak berhasil ditangkap karena langsung melarikan diri. Namun, Soegiartha mengatakan, bekas ledakan dan fakta-fakta yang ditemukan di lokasi mengarah pada Laskar Mujahidin. "Yang pasti, kami belum mendeteksi apakah laskar mujahidin itu memiliki jaringan ke luar negeri. Kita perlu pelajari dari fakta-fakta yang ada," tandas Dansektor.
Hingga saat ini, aparat keamanan di Maluku telah melakukan sweeping senjata melalui pintu-pintu masuk, maupun lewat udara, setiap harinya. Soegiartha menegaskan bahwa pemantauan dan sweeping dilakukan sesuai dengan perintah Pangdam XVI/Pattimura maupun Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD) Maluku.
Namun itu biasanya juga tergantung fakta maupun data otentik. "Hanya saja, fakta-fakta maupun kemungkinan adanya jaringan, baik nasional maupun luar negeri tetap dipelajari," tandas Dansektor
Pangdam XVI/Pattimura, Brigjen TNI. I Made Yasa menghimbau agar masyarakat tidak menyimpan atau memiliki senjata maupun bahan peledak karena berbahaya. "Jadi sadarlah, pertikaian dengan menggunakan senjata itu menelan korban lebih besar," tutur Pangdam. Kendati demikian ia menolak anggapan bahwa ledakan bom di Ahuru itu menunjukkan situasi keamanan di Kodya Ambon kurang kondusif.
"Saya pun telah memerintahkan Dansektor untuk meningkatkan aktifitas patroli agar tidak terjadi kegiatan perkelahian maupun konflik baru, sehingga situasi keamanan semakin kondusif," katanya. (Antara/Dara Meutia Uning)