Sampai dengan April, BPPN telah menyetorkan dana sekitar Rp 6 triliun dari target penerimaan tahun 2001 yang sebesar Rp 27 triliun. Ia mengakui, untuk memenuhi target yang telah ditetapkan itu banyak sekali tantangannya. “Penjualan aset-aset itu makan waktu,” jelas Edwin.
Ia lalu mencontohkan soal rencana divestasi sejumlah bank, yaitu Bank Central Asia (BCA) dan Bank Niaga. Saat ini proses divestasi itu baru sampai pada penyiapan info memo dan bertemu dengan calon investor. Edwin berharap, proses divestasi kedua bank itu akan sampai tahap clossing pada bulan Juli – Agustus. “Kalau bisa lebih cepat dari itu lebih bagus,” jelas dia.
Adapun rencana divestasi itu akan dilakukan melalui Initial Public offering (IPO) dan mitra strategis. “Kita mulai dengan 20 persen IPO dan 20 persen melauli startegic partner,” kata Edwin.
Sementara, Anggota Komisi IX DPR, Didi Supriyanto, menegaskan bahwa pertemuan Panitia Anggaran DPR dengan BPPN memang hanya membicarakan bank-bank yang ada di BPPN, terutama sekali menghadapi kondisi ekonomi saat ini. “Dari awal kita (DPR) ingin tahu kesehatan bank-bank itu, dan kalau memang perlu ada konsolidasi, kita akan konsolidasi,” jelasnya.
Mengenai rencana divestasi BCA, Didi menjelaskan bahwa pihak DPR telah setuju dengan rencana itu. “Tinggal sekarang cara praktisnya bagaimana, baik prosentase maupun prosesnya, apakah IPO dulu atau strategic partner-nya,” kata dia. (Dedet Herdiansyah)