Buntut penolakan itu, “kami akan menuntut agar gubernur (DKI) mengeluarkan SK (Surat Keputusan) menaikkan tarif angkot. Kalau perlu BBM kembali diturunkan ke harga semula,” cetus Amir, 30 tahun, pengemudi Koperasi Pengusaha Angkutan Jalan (Kopaja) 86 jurusan Lebak Bulus – Blok M, kepada Tempo di Terminal Lebak Bulus, Jakarta, Minggu (17/6) siang.
Dari pantauan Tempo, beberapa pengemudi angkot yang ditemui menyatakan niatnya untuk ‘libur’ sehari. Mereka akan bergabung dengan mahasiswa dan buruh yang menolak BBM sejak diumumkan pemerintah Jumat (15/6)malam dan berlaku mulai Sabtu (16/6) dini hari pukul 00.01 WIB.
Pendapat Amir ini diamini Rusdi, 28 tahun, pengemudi mikrolet jurusan Kebayoran Lama-Ciputat. Ia mengaku sepakat dengan ajakan mahasiswa untuk melakukan aksi mogok besok pagi. “Mereka (mahasiswa) kan memperjuangkan kami, siapa lagi yang akan mendukung mereka, kalau bukan kami sendiri,” ucapnya kesal.
Namun, tidak semua pengemudi angkutan umum berniat mogok. Pengemudi angkutan antar kota kota antar provinsi. Mereka menyatakan tidak akan mogok kendati kenaikan BBM sangat dirasakan dampaknya. “Nggaklah, kami tidak akan turut. Apa kalau ikut, BBM turun, kan tidak? Buat kami, kalau tidak narik dari mana kami makan?” ujar Bowo, sopir salah satu bus dengan tujuan Jawa Tengah. (Istiqomatul Hayati)