"Kami akan terus mogok sampai ada kesepakatan kenaikan tarif," ujar Danu (25 tahun), sopir angkutan jenis kijang milik PT Purimas Jaya dengan trayek nomor 08, jurusan tanah Abang-Kota. Yang dituntut oleh Danu dkk. adalah kenaikan tarif sesuai dengan besarnya kenaikan harga BBM.
Para pengemudi hanya memarkir angkotnya berderet di sebelah kanan dan kiri ruas jalan di sekitar Terminal dan Pasar Tanah Abang selain juga ada pula kendaraan umum yang sengaja tidak keluarkan dari garasinya. “Kami harus solider, makanya semua ikut mogok,” sambung Danu tentang pemogokan yang dilakukan secara serentak, khususnya oleh para pengemudi trayek 08.
Akibat pemogokan ini, di sana-sini terlihat penumpukan calon penumpang yang kesulitan mencari angkutan. Terminal yang berdekatan dengan Pasar Tanah Abang yang biasanya padat oleh angkutan-angkutan kota itu, hari ini juga terlihat lebih lengang dan jalanan terasa lebih longgar.
Meski demikian, penumpukan tersebut tampak tidak terlalu banyak karena angkutan umum yang jenis lainnya seperti bus PPD, Mayasari Bhakti, Bianglala, Steadysafe, dan metromini serta Kopaja masih beroperasi. Selain itu, juga karena pemogokan tidak dilakukan pada saat orang harus pergi bekerja. "Selama ini solar untuk bus masih ditanggung perusahaan, setoran juga belum naik. Jadi kami masih belum terkena imbas kenaikan harga BBM," kata Syahrul, 41 tahun, sopir bus Mayasari Bhakti jurusan Tanah Abang-Pulo Gadung.
Hingga pukul 13.00, aksi mogok pengemudi umumnya masih berlangsung, tapi mulai terlihat beberapa angkot sudah mulai beroperasi lagi. Diantaranya angkutan trayek Tanah Abang-Bendungan Hilir, M 05 jalur Tanah Abang-Manggarai, dan beberapa mikrolet jurusan Tanah Abang Kebayoran Lama dan Meruya. Tapi khusus angkot jalur 08, tidak satupun kendaraan yang terlihat beroperasi.
Sementara itu, angkutan kota milik Purimas Jaya di jalur-jalur lainnya masih beroperasi seperti biasa. Misalnya untuk trayek 01 untuk rute padat Pasar Senen-Kampung Melayu, Pasar Senen-Kota, dan lain-lainnya masih terlihat melayani penumpang. “Kami masih berusaha untuk membicarakan dengan pihak pemilik kendaraan dan Organda (organisasi para pengusaha angkutan umum daerah). Tapi kami jelas meminta kenaikan tarif,” kata Suprapto (34 tahun), sopir trayek 01 memberikan alasan mereka tidak melakukan mogok.
Sementara itu, sekitar pukul 11.00, sekitar limapuluhan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, juga melakukan aksi menentang kenaikan harga BBM. Aksi itu sempat memanaskan situasi karena disertai dengan aksi pembakaran ban-ban bekas oleh para mahasiswa di Jalan Diponegoro. Reaksi keras segera muncul dari sekitar satu kompi aparat kepolisian yang mengamankan lokasi. Hingga sekitar pukul 12.00, nyaris terjadi bentrokan antara para demonstran dan aparat. Bentrokan lebih lanjut tidak terjadi karena para mahasiswa segera masuk kembali ke kampus mereka. (Y. Tomi Aryanto)