Berdasarkan pengamatan di lapangan, ada sekitar sepuluh rute angkot yang melintasi Jalan Raya Bogor. Di antaranya Mikrolet nomor 37 dan 41 jurusan Kampung Rambutan – Cibinong, Mikrolet 06 dan 06 A jurusan Gandaria – Kampung Melayu, Mikrolet 112 Kampung Rambutan – Depok, T 15 Cililitan – Munjul, T 13 Cililitan – Cibubur, T 18 Kampung Rambutan – Bulak Ringin, T 11 Cililitan – Mekarsari, T 09 Cililitan – Kalisari.
Selain angkot, ada juga sejumlah trayek bus ukuran tiga perempat yang melintas di Jalan Utama Jakarta Bogor tersebut, di antaranya, jurusan Kampung rambutan Bogor, Kampung Rambutan – Depok, dan Kampung Rambutan – Citeureup. Bus-bus ini pun, sepanjang siang kemarin tidak terlihat beroperasi.
Aksi mogok tersebut awalnya hanya diikuti oleh sebagian kecil sopir saja. Namun semakin siang, sopir yang menjalankan aksi mogok bertambah banyak. Apalagi pada tempat-tempat tertentu, sejumlah sopir yang sudah mogok terlebih dulu, memaksa rekan-rekan mereka untuk berhenti beroperasi. Hal ini seperti yang terlihat Jalan Raya Bogor sekitar lampu merah Keong, Ciracas, Jakarta Timur. Sejumlah sopir menghentikan angkot yang sarat penumpang dan memaksa seluruh penumpangnya turun. “Ayo, turun semua. Hari ini nggak ada yang boleh narik,” bentak seorang sopir .
Sekitar pukul 14.00, hampir semua angkot yang melintas di jalan Raya Bogor tidak ada yang beroperasi satu pun. Meskipun ada bantuan sejumlah dari truk dari TNI AD, namun tak urung ribuan penumpang terlihat terlantar. Ada beberapa di antaranya yang nekat berajalan kaki dan ada juga yang berusaha mencari angkutan alternatif, seperti ojek dan taksi agar sampai ke tempat tujuan masing-masing.
Hal yang sama juta terjadi pada mikrolet jurusan Tanah Abang, Kebon Jeruk, Kebayoran Lama dan arah sebaliknya. Aksi mogok para supir itu dimulai pada siang hari, sekitar pukul 12.00 wib dan diperkirakan akan berlangsung hingga malam, Senin (18/6). Akibat aksi mogok supir mikrolet, terjadi penumpukkan penumpang di sepanjang pertigaan Slipi-Grogol-Petamburan. Penumpukan penumpang juga terjadi di sepanjang Pasar Palmerah, Kebayoran Lama hingga Rawa Belong.
Banyaknya penumpang yang tidak terangkut membuat munculnya pangkalan ojek motor dadakan disepanjang pinggir jalan tersebut. Hasi pantauan Tempo di sepanjang Slipi hingga Palmerah, penumpang banyak yang memilih jalan kaki menuju tujuan masing-masing, walaupun banyak ojek motor yang mangkal. Ini karena ongkos ojek yang ditawarkan 'tidak lazim'. "Masak dari Slipi ke Kebayoran minta Rp 9.000, gila aja! Kalau cuma sampai Rp 5000 sih masih wajar," ungkap seorang ibu yang mengenakan pakaian pegawai negeri sipil.
Antisipasi sementara yang dilakukan polisi setempat adalah dengan menyetop secara 'paksa' berbagai kendaraan pribadi yang melintas, seperti mobil bak terbuka maupun mobil yang dapat memuat banyak penumpang untuk menaikkan penumpang sesuai tujuan mobil tersebut. Hingga sore hari, masih banyak berbagai kendaraan bak terbuka yang mengangkut rombongan penunpang. (Suseno/Lely Indrawati)