Pernyataan yang tertuang dalam Deklarasi Rakyat Jatim Bersatu itu juga menyodorkan dua keputusan penting lain yang berbau tuntutan. "Menuntut Presiden Abdurrahman Wahid membekukan dan membubarkan Partai Golkar. Kami juga meminta Presiden mengadili para penjahat negara dan membersihkan unsur Orde Baru di DPR/MPR dan lembaga negara lainnya," ujar Syaifudin Alamsyah, seorang panitia kongres, saat membacakan hasil kongres di forum tersebut.
Perhelatan akbar itu diikuti 66 elemen dari perwakilan 37 kabupaten dan kota se-Jawa Timur, di antaranya dari unsur perempuan, tukang becak, partai-partai politik, buruh, petani, mahasiswa, sejumlah pemimpin umat beragama dan kalangan pro-demokrasi lainnya. "Kalangan NU diundang sebagai peninjau. Sekadar itu. Bukan peserta," ujar Wakil Ketua GP Ansor Jawa Timur, Imam Ghozali Aro.
Sejumlah isu sempat bermunculan, di antaranya, isu teror bom menyusul temuan bom jenis TNT seberat 0,56 kg di selokan GOR Pancasila, Jumat (22/6) lalu. Menjelang kongres, juga tersiar kabar penemuan bom di Kantor Gubernur Jawa Timur Jalan Pahlawan. Selain itu, juga muncul selentingan kabar bahwa acara tersebut akan dibelokkan sebagai ajang deklarasi Jawa Timur Merdeka. Toh, hingga akhir acara, isu-isu itu tidak terbukti. Kongres berjalan sukses. Peserta pulang dengan damai.
Ratusan aparat keamanan gabungan dari unsur polisi, marinir dan pasukan TNI-AD disiagakan di sekitar GOR Pancasila. Itu ditambah lagi dua kendaraan taktis milik Brimob yang biasa digunakan untuk membubarkan huru-hara massa. Peserta kongres juga harus melewati detektor logam yang dijaga personel Jihandak (Penjinak Bahan Peledak) dari Brimob Polda Jatim. Pengamanan juga dilakukan di sejumlah instansi vital, seperti stasiun televisi dan radio.
Sebelumnya, Kapolda Inspektur Jenderal Sutanto sempat meminta agar acara yang mengundang kerawanan itu dibatalkan. Namun, panitia jalan terus. "Kongres ini tidak mengarah pada deklarasi Jatim Merdeka. Tapi, semata-mata untuk menyikapi rencana SI MPR dan merajalelanya eks-Orde Baru," ujar Muhammad Taufik, juru bicara kongres. Pejabat Muspida Jatim diundang tapi ada yang datang. Di kursi undangan, terlihat Ketua DPW PKB Jawa Timur, Choirul Anam. Ia bersama Ketua Pemuda Pancasila Jatim, La Nyalla Matalitti, yang penah menyatakan keluar dari Partai Golkar.
Kendati dibawah penjagaan ketat aparat keamanan, peserta kongres mulai membanjir sejak pagi. Ratusan peserta itu mengenakan kaos merah bertuliskan “Kongres Rakyat Surabaya Bersatu". Begitu pula utusan-utusan dari kawasan tapal kuda serta Jawa Timur belahan barat, terus berdatangan. Hingga acara berlangsung, praktis GOR Pancasila yang berkapasitas 5.000 orang itu penuh sesak: mulai tribun hingga lantai hall di bawah. Itu belum yang berada di luar gedung karena tak tahan hawa panas di dalam gedung.
Sejumlah spanduk berukuran besar dipasang mencolok di sekitar lokasi, di antaranya, berbunyi Bersihkan Parlemen dari Anasir Orba, Percepat pemilu dan Tolak SI, Tirani Baru=DPR Satu Kata: Lawan!, Pertahankan Duet Gus Dur-Mega hingga 2004. Gemuruh yel-yel bergumuruh, memantul-mantul hingga ke luar gedung. Selama lima jam, acara tersebut dipenuhi oleh orasi dari wakil-wakil elemen yang terlibat kongres.
Di penghujung acara, tampillah Syaifudin Alamsyah, seorang panitia. Ia membaca hasil keputusan yang malam sebelumnya dimatangkan di Hotel Utami, kawasan Juanda. Sontak, tepuk tangan meledak bergemuruh mengamini keputusan itu. "Hasil kongres ini telah membantah anggapan politisi di Jakarta yang keblinger, bahwa penolakan SI MPR dan dukungan terhadap duet Gus Dur-Mega hanya milik kelompok nahdliyin. Tidak. Forum ini memperlihatkan betapa banyak kelompok yang mempunyai sikap sama," tegas Taufik. Hasil kongres akan diserahkan ke DPR/MPR tak lama lagi. (Adi Sutarwijono)