Adhi tidak dapat meberikan informasi detil mengenai kerusakan pada saluran oli mesin ke-4 pesawat itu. Pasalnya, berita yang ia terima dari Sekretaris Militer Presiden, Marsekal Madya Budhy Santoso, hanya menyebutkan bahwa pendaratan darurat dilakukan untuk melakukan pengecekan. “Enggak ada masalah. Sebenarnya dengan tiga mesin lain pun Presiden dapat melanjutkan perjalanan. Namun karena pesawat membawa rombongan kepala negara sehingga semuanya harus fixed,” kata Adhi.
Akibat pendaratan darurat ini rencana Presiden untuk mengganti pesawat di Sydney dengan pesawat boing 737 milik perusahaan penerbangan Qantas Airline yang disediakan pemerintah Australia harus dilakukan di Darwin. Adhi juga menolak adanya kemungkinan sabotase dalam kerusakkan pesawat itu. “Enggak ada sabotase. Presiden tetap melanjutkan jadwal acaranya,” kata Adhi.
Sebelumnya, Kantor Berita Antara melaporkan, pesawat Boeing 707 yang membawa rombongan kepala negara itu mengalami kebocoran pada saluran olinya, sehingga mesin ke-4 dimatikan. "Pilihan mendarat yang terbaik adalah di bandara terdekat," kata Sekretaris Militer Presiden Budhy Santoso kepada pers di Darwin, Australia, Senin siang.
Pesawat Boeing 707 tersebut meninggalkan bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta pada Minggu (24/6) pukul 22.00 WIB dengan membawa Presiden Abdurrahman Wahid dan rombongan menuju Sydney. Namun setelah dua jam terbang pilot mengetahui terjadi kebocoran pada saluran oli. Karena itu, dengan tegas Budhy mengatakan mesin ke -4 sengaja dimatikan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Ia mengemukakan, sebenarnya dengan tiga mesin saja pesawat angkata udara itu tetap bisa terbang membawa Kepala Negara ke "benua kanguru" itu. Konsekuensinya hanya waktu penerbangan yang bertambah, dari 4,5 jam menjadi enam jam.
Sementara itu Dirjen Protokol dan Konsuler Rachmat Ranuwijaya mengatakan, Gus Dur dan rombongan pada Senin siang akan tetap melanjutkan perjalanan dari Darwin langsung ke Canberra. Rombongan akan menggunakan tiga pesawat Falcon yang masing-masing berkapasitas 13 orang, kemudian anggota rombongan lainnya akan naik pesawat Garuda yang diterbangkan dari Denpasar.
Rachmat menyebutkan, pada Senin petang rombongan akan mendarat di Canberra, dan tetap menerima upacara penghormatan kenegaraan. Jamuan makan malam tetap diselenggarakan. Sementara itu pembicaraan Presiden Abdurrahman Wahid dengan PM Australia John Howard akan diubah jadwalnya dari hari Senin menjadi Selasa. Rombongan kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Selandia Baru serta Filipina, dengan menggunakan pesawat Boeing 737 milik Garuda Indonesia. (Dian Novita/Antara)