Menurut Baihaqi, pihak Exxon Mobil hanya mencari-cari alasan untuk menghentikan proyek di Arun, Aceh, tersebut. Ia menyatakan, proyek gas alam di Arun harus segera dilanjutkan karena kondisi Aceh sudah relatif stabil. “Pokoknya, dalam tiga hari mendatang harus sudah ada tindakan nyata dari Exxon Mobil untuk bekerja. Dan, diharapkan pada 14 Juli 2001 mereka sudah berproduksi,” kata Baihaqi.
Jika kalau pihak Exxon Mobil membuat masalah lagi, tentunya akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintah Indonesia, karena akan mengakibatkan kerugian sebesar US$ 100 juta perhari. Untuk itu, Pertamina berniat melakukan perubahan manajemen di Exxon. “ Kalau langkah ini juga gagal, kami tidak tahu lagi harus melakukan apa. Karena itu, sejak awal pihak Exxon harus diperlakukan secara tegas,” ujarnya.
Sementara itu, kabar mengenai penghentian perbaikan pipa pada proyek Exxon dibantah Baihaqi. Menurut dia, sebenarnya terdapat tiga pipa pada proyek tersebut, dan hanya satu pipa saja yang mengalami kerusakan sedangkan dua pipa lain masih dalam kondisi yang sangat baik. Pipa yang rusak itu berdiameter 52 inci, dan sementara ini belum diperbaiki karena ada beberapa kendala. Namun, kata dia, hal itu tidak menghambat produksi awalnya. “Kami sama sekali tidak melihat perlunya penghentian produksi gas di Exxon. Walaupun hanya 50 persen saja yang menghasilkan,” kata dia. (Juke Illafi K)