Tujuh orang mahasiswa yang masih bertahan meneruskan aksi mogok makan adalah Buyung (APPR), Rai (UKI), Hardi (STTJ), Mona (UNAS), Dede (Untag Cirebon), Arif dari (IISIP) dan Teguh dari (IAIN Syarif Hidayatullah). Sebagian dari mereka saat ini berada dalam kondisi yang semakin lemah. Tim dokter bahkan sudah menyarankan agar mereka dirawat di rumah sakit. Mereka mogok makan untuk memrotes proses hukum tiga mahasiswa yang ditangkap karena melakukan unjukrasa menentang kenaikan harga bahan bakar minyak.
"Kita tidak menyuruh mereka mogok makan, mereka mogok makan sendiri. Itu kan sama saja dengan bunuh diri. Dalam agama juga dilarang bunuh diri itu," kata Anton. Kepolisian kata Anton, sedang tak akan mundur dalam memroses kasus ini dan menyatakan tertutup peluang bernegosiasi dengan para mahasiswa. Jika Polda menyerah dan melepaskan tiga orang mahasiswa yang kini meringkuk di tahanan Polda, kata Anton, lama kelamaan negara hukum ini tidak akan berjalan dengan baik. "Coba dipikir, apa alasan mereka melakukan pembakaran, melakukan pengrusakan, kenapa mereka melakukan penganiayaan. Memaksa orang kemudian memukul orang dan sebagainya?"
Salah seorang anggota tim dokter gabungan, dokter Arnold, kemarin usai memeriksa peserta mogok makan mengatakan tekanan darah mereka semakin melemah. Lambung mereka terkikis karena tidak adanya makan yang masuk. Dia memperkirakan kondisi mereka hanya bertahan dua hingga tiga hari lagi. (Efri Ritonga)