Luthfillah datang ke Gedung MPR/DPR mewakili DPRD Jawa Timur dan Ulama se-Jawa Timur untuk menyampaikan aspirasi mayoritas masyarakat Jawa Timur. Ia didampingi oleh tujuh ulama lainnya. Dalam rombongan yang berjumlah delapan orang itu, tiga di antaranya adalah anggota DPRD Jawa Timur.
Menurut Luthfillah, masyarakat Jatim tidak mempermasalahkan rencana pelaksanaan Sidang Istimewa MPR, sepanjang tidak meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid dan berupaya menurunkannya dari kursi kepresidenan. Namun, jika kompromi politik tidak tercapai, rakyat Jawa Timur menolak penyelenggaraan SI maupun percepatannya. “Kalau Gus Dur diturunkan tanpa alasan, rakyat Jatim akan marah,” ujarnya mengingatkan.
Luthfillah menambahkan, pihaknya datang ke Jakarta atas desakan rakyat dan ulama Jawa Timur yang menolak rencana MPR menyelenggarakan SI. Sebelum ke gedung DPR/MPR, pihaknya sudah datang ke Istana Negara, Jakarta, Rabu (18/7) pagi. Tetapi, mereka hanya diterima oleh juru bicara Adhie Massardhi dan Yahya Staquf.
Wakil Ketua MPRYusuf Amir Feisal secara terpisah mengatakan, aspirasi rakyat Jawa Timur tersebut akan diteruskan ke pimpinan MPR. Menurut Yusuf, proses untuk menggelar SI MPR sudah berjalan dan tidak bisa dihentikan. Kalau berjalan secara damai, tidak akan terjadi goncangan-goncangan vertikal dan horisontal bagi bangsa dan negara. “Karena proses itulah yang paling murah,” tegasnya. (Jhony Sitorus)