Dalam pesan-pesannya, Mohammad Noer juga menyerukan agar warga etnis Madura tidak terpancing oleh provokasi yang hendak menyulut keributan dan mengail di air keruh. Ia mengajak pada segenap warga masyarakat untuk menciptakan rasa tenang dan damai, seperti terasa di acara sarasehan dan peringatan Maulud Nabi Muhammad itu, dimana semuanya duduk sejajar. "Jangan sampai terpancing provokasi yang dilakukan para provokator. Mereka hanya ingin merusak negara kesatuan Indonesia ini. Mari kita hidup tenang dan damai. Tidak ada hujat-menghujat, juga tidak ada cela-mencela," ujar mantan Gubernur Jatim itu di era 70-an.
Isu tentang ancaman Madura merdeka itu, selain dilansir Presiden Abdurrahman Wahid, juga digarap kalangan ulama di Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep melalui forum Musyawarah Besar warga Madura. Acara ini rencananya digelar, Minggu (22/7). Berdasarkan informasi yang dihimpun hingga malam ini sejuta warga Madura akan dikerahkan untuk turun ke jalan dan melakukan konvoi kendaraan bermotor. Rutenya dari Bangkalan hingga Sumenep. "Kami mengundang saudara-saudara untuk berpartisipasi dalam acara aksi sejuta umat itu," tulis Persatuan Pemuda Muslim Indonesia (PPMI) dalam undangan yang dibacakan saat acara di Tugu Pahlawan.
PPMI menegaskan, aksi itu digelar berkaitan kenekatan parlemen dalam menggelar Sidang Istimewa yang ujung-ujungnya untuk menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. "Skenario itu diantaranya merupakan akal-akalan dari eks-Orde Baru untuk mendongkel pemerintahan yang sah saat ini," tulis PPMI lagi. Sontak, tepuk tangan bergemuruh. Yel-yel hidup Gus Dur bermunculan kendati acara tersebut dikemas jauh dari nuansa politik.
Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dan kiai muda kharismatik dari Situbondo, Lora Cholil, yang diundang berbicara di forum itu, ternyata berhalangan hadir. Sementara, penjagaan ketat dilakukan aparat gabungan dari marinir dan jajaran kepolisian. Kapolwiltabes Surabaya Komisaris Besar Ito Sumadi menegaskan, pihaknya memberlakukan pelarangan terhadap acara-acara yang menyedot konsentrasi massa. Larangan berlaku sejak Minggu (22/7). Dan, acara di Tugu Pahlawan yang dibanjiri massa tersebut, luput dari pelarangan polisi. (Adi Sutarwijono)