Menurut mantan Jaksa Agung di era Abdurrahman Wahid ini, dengan pencalonan Akbar sebagai wapres tersebut, akan menimbulkan persepsi publik yang menyalahartikan hal itu sebagai kembalinya Golkar dalam kancah perpolitikan eksekutif nasional. “Hal ini akibat penilaian yang cenderung negatif karena Golkar belum sepenuhnya melakukan transformasi internalnya. Ini akan mengancam posisi Golkar pada masa yang akan datang,” kata dia.
Sebenarnya dalam rapat-rapat internal DPP Golkar beberapa waktu lalu, telah ditegaskan bahwa Ketua Umum Partai Golkar tidak akan dicalonkan sebagai wapres. Bahkan, hal itu kembali diungkapkan ketika partai berlambang pohon beringin rimbun ini mengelar rapat koordinasi. Meskipun pada saat itu sudah muncul suara dari daerah-daerah yang menginginkan Akbar mencalonkan diri sebagi Wapres.
“Demi menghargai Ketua Umumnya, daerah-daerah menyuarakan dukungan. Itu normal setiap partai politik selalu menyuarakan dukungan itu,” kata dia, seraya menambahkan, untuk maju sebagai calon wapres seharusnya ada alasan yang lebih kuat, bukan semata adanya dukungan dari daerah, “Namun karena hal itu sudah diputuskan, tidak lagi lain, barangkali (saya) harus mengucapkan ‘selamat berjuang’ kepada saudara Akbar.”
Walaupun Marzuki yakin, peluang rekannya untuk menduduki kursi Wapres sangat besar, ia cenderung memilih kursi wapres dikosongkan agar tidak terjadi perebutan. Alternatif lain yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan mencalonkan tokoh non- partai maupun non- militer. Hal ini semata untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. (Suseno)