Baasir, kepada Tempo News Room di Gedung DPR/MPR, Senin (5/11) sore, mengatakan hal itu menanggapi sejumlah suara di dalam partai yang tidak setuju jadwal muktamar diubah dari 2002 menjadi 2004. Perubahan itu dilakukan saat Muskernas PPP tahun ini.
Terjadinya hal-hal seperti itu, menurut Baasir, disebabkan adanya kepentingan partai, seperti perhitungan strategis tertentu.
“Misalnya, Pak Hamzah sendiri sudah tidak bersedia duduk menjadi ketua umum. Kalau itu dilakukan sekarang, berarti Pak Hamzah sudah meninggalkan kepemimpinan,” ujar Ketua Komisi C Sidang Tahunan MPR 2001 ini.
Baasir membantah bahwa ada unsur kepentingan kelompok tertentu, terkait dengan perubahan itu. “Tetapi adalah masalah kepentingan strategis yang merupakan pertimbangan pemikiran argumentatif dari setiap pihak,” ujar dia.
Baasir mengatakan pada awalnya, diputuskan muktamar diadakan pada 2003. Namun pada Muskernas, diajukan 2002. Pada Muskernas tahun ini, jadwal kembali diubah menjadi setelah pemilu berlangsung, yaitu 2004.
Keputusan terakhir ini menimbulkan sejumlah ketidakpuasan di dalam partai. Tapi Baasir membantah adanya kelompok yang dinamakan PPP Reformasi di tubuh PPP.
Menurut dia, hal itu hanya sebuah “kelompok yang emosional” dan dinilainya tidak memiliki potensi apa-apa. Dia juga tidak bersedia menjawab siapa yang ada di balik kelompok yang emosional itu. “Anda analisa sendirilah, saya tidak mau menuduh siapa-siapa,” kata dia berkilah.
Baasir menilai ‘kelompok yang emosional ‘ itu masih merupakan berbentuk personal, bukan gerakan formal dari wilayah-wilayah. Dia juga mengungkapkan mereka adalah orang-orang yang tidak hadir dan mengalami kekalahan suara dalam Mukernas II itu. “Kalaupun ada yang hadir, satu dua saja,” tandas Baasir.
Pihak yang kalah itu, lanjut Baasir, seharusnya bersikap demokrat dengan menerima kekalahan suara mereka. “Mereka harus melakukan upaya perbaikan pendapat umumnya sehingga nanti pada mukernas yang akan datang, mereka akan lebih dominan,” ujar dia. (deddy sinaga)