Dari pantauan di lokasi, kejadian berawal ketika seorang mahasiswa memaksa masuk ke dalam ruang persidangan untuk membagikan siaran pers kepada wartawan. Niat itu batal dilakukan petugas jaga pengadilan melarangnya. Karena kecewa, mahasiswa tersebut marah dan memaksa masuk ke dalam ruang sidang.
Akibatnya, puluhan laskar yang berada didalam gedung merangsek keluar dan membubarkan serombongan mahasiswa itu seraya memukuli mahasiswa yang sedang berorasi dan berkumpul di halaman pengadilan. Sementara aparat keamanan penjagaan depan pintu gerbang pengadilan berusaha menenangkan massa dari kedua belah pihak. Mahasiswa pendukung Mixil tersebut terdesak dan mundur ke jalan Ampera arah Ragunan, Jakarta Selatan.
Menurut Koordinator lapangan Front Pembela Islam (FPI), Taufik mengatakan bahwa perlawanan yang dilakukan FPI kepada para pendukung Mixil dilakuka karena mereka berusaha masuk secara paksa ke dalam ruang sidang. Pihaknya juga tidak ingin para pendukung Mixil mengganggu jalannya sidang, karena pada saat yang bersamaan juga berlangsung sidang praperadilan yang diajukan Laskar FPI dan Laskar Jihad.
Kita sikat kalau mereka menggangu jalannya sidang, selain itu mereka juga bersholawat membawa nama nama Islam tapi pakaian mereka tidak sopan, ujar Taufik kepada Tempo News Room. Saat ini sidang Mixil sedang berlangsung sememntara Jalan Ampera ditutup untuk sementara karena massa pendukung Mixil melakukan aksi duduk di jalan tersebut tidak jauh dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Sekitar 150 orang dari Forum Kota dan IAIN berunjuk rasa mendukung Mixil dan Aris Wardoyo yang menjadi terdakwa dalam kasus demo kenaikan harga BBM di depan kampus IAIN Syarif Hidayatullah, Lebak Bulus, Jakarta. Mixil dan Aris tidak bersalah, kami akan tetap menuntut polisi bertanggung jawab atas tindakan represif terhadap kawan kami." Sebelum bentrok, kata Budi, akan datang 655 orang lagi dari forum kota gabungan beberapa Universitas di Jakarta untuk bergabung.
Di pengadilan, para demonstran meneriakkan yel-yel dan orasi mendukung Mixil dan Aris serta mengutuk tindakan polisi yang dianggap keji dan tidak bertanggung jawab. (SS. Kurniawan/Sam Cahyadi)