Pengunjuk rasa membawa bendera kuning, beberapa bendera negara-negara Islam seperti Palestina dn Afganistan serta membawa foto anak-anak korban perang. Mereka juga membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan Selamatkan anak-anak Afganistan, Selamatkan anak-anak dari peperangan dan Stop pembantaian anak-anak dalam perang. Mereka meminta Amerika Serikat menghentikan serangan ke Afganistan yang menewaskan anak-anak Afganistan.
Para pelajar ini datang ke kedutaan besar dengan menggunakan lima buah bus besar dan empat buah ukuran sedang. Yang lainnya menggunakan mobil-nobil pribadi dan colt minibus. Konvoi pengunjuk rasa dipimpin oleh truk kontainer yang membawa sound system dan diikuti sebuah mobil pembawa diesel.
Menurut penanggung jawab aksi, Abdullah Syukri yang juga Bendahara Forsil, mereka bertujuan untuk memberikan opini kepada dunia bahwa perang tidak memberi dampak apapun. Anak-anak, kata Syukri, seharusnya diberi kesempatan menikmati pendidikan dan kebebasan. Kesempata demikian tidak hanya untuk anak-anak Afganistan, jangan lupa, kita juga harus memperhatikan anak-anak di Ambon dan Poso, ujarnya kepada Tempo News Room.
Aksi damai pelajar ini sempat membuat macet Jalan Merdeka Selatan untuk beberapa saat. Polisi yang bertugas pun hanya tampak berjaga-jaga sekedarnya saja Menurut seorang petugas yang berjaga, pihaknya memperkirakan pengunjuk rasa tidak akan berbuat anarkis karena pengunjuk rasa masih pelajar sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
Setelah sekitar dua jam mereka berorasi dan menyampaikan pendapatnya di depan Kedubes Amerika Serikat mereka menuju sisi timur Monumen Nasional. Di Monumen Nasional ini mereka beristirahat dan menyampaikan orasi yang berkaitan dengan penyelamatan anak-anak. Unjuk rasa usai menjelang tengah hari. (Wahyu Mulyono)