Todung Mulya Lubis, salah seorang pendiri Yap Thiam Hien Award, Jumat (7/12), mengatakan Suraiya dan memiliki track record bagus dalam penegakan HAM baik di tingkat nasional maupun internasional.
Dalam siaran persnya, Suraiya menang karena menjadi aktivis pemberdayaan perempuan dalam kehidupan sosioekonomi. Ia juga melakukan pembelaan HAM bagi kaum perempuan yang menjadi korban kekerasan, khususnya perempuan Aceh.
Bersama sejumlah aktivis perempuan lain, wanita kelahiran Aceh Besar 3 Juni 1968 ini mendirikan Yayasan Flower Aceh (1989) di tengah kondisi Aceh yang masih menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Ia juga mendirikan Kelompok Kerja Transformasi Gender Aceh (1997), Suloh Aceh (1998), dan Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan.
Sedang Ester menang karena peduli terhadap diskriminasi ras dan etnis. Ia, yang berasal dari etnis Tionghoa, tetap kukuh memperjuangkan keyakinannya bahwa sikap diskriminatif adalah warisan masa lalu yang implikasinya sangat luas, dalam arti pem-wajaran pemaksaan kehendak.
Kesadaran itulah yang membuat tokoh kelahiran Malang, 15 Januari 1971, itu mendirikan organisasi Solidaritas Nusa Bangsa (NSB) tahun 1998 bersama rekan dan almarhum suaminya. Selain itu dia juga aktif di LBH Jakarta sejak tahun 1996.
Todung mengatakan bahwa nominasi untuk penerima anugerah memang cukup banyak, akan tetapi nama-nama nominasi itu tidak akan dipublikasikan agar yang belum mendapatkan penghargaan tidak patah semangat. (deddy sinaga-tempo news room)