Kondisi ini, menurut Menteri, disebabkan karena ekspor Indonesia saat ini masih sangat tergantung pada pasar dunia. Tetapi ia melihat adanya hal yang menggembirakan akhir-akhir ini, yakni indeks Dow Jones bisa menembus angka 10.000. Namun lantaran kondisi ekspor yang lesu tidak semua pabrik lantas berkurang kegiatan produksi sepatunya.
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, hingga dua hari menjelang lebaran, industri garmen tetap menjalankan kegiatannya. Sebuah pabrik sepatu ‘Ara’ di Semarang yang melakukan ekspor ke Jerman. Juga perusahaan ‘Gilmed’ sebuah perusahaan Jerman yang memproduksi alat-alat kedokteran. Bahkan, lanjut Menteri, khusus untuk pabrik sepatu ‘Ara’, yang sejak tahun 1990 sudah mempekerjakan kurang lebih 160 ibu-ibu rumah tangga, ekspornya tetap jalan. “Saya perhatikan rejection rate-nya atau yang ditolak dari sana adalah nol persen,” papar Menko bangga. Sedangkan usaha kecil menengah (UKM), tetap jalan seperti biasanya. Pasokan barang di pasar-pasar berjalan lancar. “Saya perhatikan sebetulnya perekonomian kita benar. Seperti yang terlihat di statistik 3,5 persen (pertumbuhan ekonomi-pen) tahun ini,” ujar Menko. Menteri memantau langsung Pasar Caringin dan Lodaya di Bandung, Pasar Turi dan Genteng di Surabaya, Pasar Mangga Dua dan Tanah Abang di Jakarta dan beberapa pasar di Semarang dan Sumatera.
Pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 persen tersebut, menurut Menko, lebih tinggi bila dibandingkan dengan Malaysia, Pilipina dan Thailand. Di Asia yang menandingi Indonesia hanya Cina yang pertumbuhan ekonominya untuk tahun ini sekitar tujuh persen. Tetapi, tambahnya, itu juga karena sistem ekonominya ekonomi sosialis. Seperti diketahui, dalam perhitungannya memang agak lain dengan perhitungan pertumbuhan ekonomi yang biasa kita lakukan. di negeri-negeri yang bukan sosialis. “Saya gembira melihat keadaan di lapangan,” ungkap Dorodjatun.
Dorodjatun hanya mengeluhkan kondisi bis-bis yang ada di Jawa yang sudah agak tua. “Di Jawa itu rata-rata (keluaran, red.) tahun 1992 itu harus diganti. Terutama bis kota yang sudah mengawatirkan. Kalau yang di Sumatera baru, yang agak mengawatirkan masih banyak yang mengguanakan ban kanvas. Sehingga banyak kecelakaan terjadi karena hal itu,” jelasnya. Ia berharap, armada bis tersebut bisa diperbarui. (Ebnu Yufriadi)