Berikut ini wawancara Naikoli, koresponden Tempo News Room di Portugal dengan Belo. Ia ditemui di sela-sela konferensi tentang Kualitas Hidup dan Kemakmuran tanggal 17 Mei lalu di Portugal.
Timor Lorosae akan merayakan ulang tahun Kemerdekaannya pada tanggal 20 Mei. Mengapa Uskup Belo tidak datang ke Dili ?
Saya berencana ke Dili pada bulan September mendatang, sedangkan perayaan Timor Lorosae tanggal 20 Mei.
Apa komentar Anda tentang kondisi Timor Lorosae, setelah lama Anda di luar negeri ?
Timor Lorosae sangat positif. Masyarakat hidup dalam kondisi aman, bebas dari tekanan. Kalau ada kekurangan karena Timor Lorosae adalah negara yang baru merdeka, dimana semua infrastruktur dibangun dari nol. Tapi secara umum, ada kemajuaan.
Apa komentar Anda tentang kepemimpinan Timor Lorosae di bawah Perdana Menteri (PM) Marie Alkatiri ?
Saya kurang mengikuti perkembangan. Tetapi menurut saya pemerintah harus menyesuaikan dengan kepentingan masyarakat Timo Lorosae. Dalam pengambilan keputusan harus memakai rasionalitas sesuai dengan realitas sosial. Bukan rasionalitas yang diimpor. Kalau ada masalah yang timbul, masalah tersebut harus segera diselesaikan. Masalah mendasar di Timor Lorosae adalah soal lapangan kerja, pendidikan dan pemberantasan kemiskinan.
Apa pendapat Anda tentang kepemimpinan Presiden Xanana Gusmo?
Xanana Gusmo adalah pemimpin politik yang memiliki keseimbangan. Xanana menjadi Presiden karena keinginan masayarakat Timor Lorosae. Dia pemimpin yang dapat menyatukan masyarakat Timor Lorosae, terbukti Xanana menang secara mayoritas. Xanana adalah pemimpin yang memperjuangkan Rekonsiliasi antara sesama bangsa atau sanak saudara yang berkonflik pada masa lalu. Dilihat dari kacamata luar, Xanana adalah pemimpin yang membangun hubungan baik dengan negara tetangga, baik Indonesia atau maupun Australia.
Menurut Xanana, Timor Lorosae harus menjalin hubungan yang baik dengan Indonesia ?
Masalah politik luar negeri jangan tanyakan kepada saya. Yang tepat menjawab adalah Menlu Ramos Horta. Pendapat saya adalah mengapa harus ada perang antara bangsa dan Agama? Kenapa kita tidak kerja sama? Mengapa kita mempromosikan kerjasama antar kultur dan budaya? Andaikan ada kerja sama, dialog antara bangsa, agama dan budaya yang berbeda maka dunia tidak ada perang. Tidak ada fundamentalisme dan terorisme. Tidak ada ancaman pencaplokan terhadap bangsa lain secara illegal. Kalau kita percaya pada prinsip di atas maka jangan kuatir dengan Indonesia.
Sekarang Timor Lorosae adalah anggota PBB, menurut piagam PBB melarang negara satu akan menginvasi negara yang lain. Kalau menginvasi negara lain berarti illegal dan melanggar Hukum Internasional.
Apa pendapat Anda tentang orang Timor Lorosae yang memilih menjadi warga negara RI?
Itu hak setiap orang untuk memilih menjadi warga negara mana saja. Saya sudah lama tidak mengikuti perkembangan mereka di sana. Saya kira ini hanya faktor waktu. Banyak mereka yang takut pulang karena ada kaitan dengan masa lalu. Ada kekhawatiran dari mereka, bahwa setelah kembali (ke Timor Lorosae, red) akan disiksa secara fisik karena takut terhadap kesalahan di masa lalu.
Tetapi Timor Lorosae kan negara merdeka, punya hukum. Bagi siapa yang bersalah harus dihadapkan pada Pengadilan. Di dalam negara merdeka dan berdaulat, tidak ada orang yang berdiri di atas hukum. Semua sama. Pemerintah Timor Lorosae bekerjasama PBB membentuk Komisi Pencari Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menelusuri kebenaran konflik tahun 1975 sampai tahun 1999.
Kesempatan tersebut mengajak semua warga Timor Lorosae yang masih khawatir untuk balik ke kampung halamannya dan membangun negeri Timor Lorosae. Bagi yang mau menjadi warga RI juga adalah hak mereka. Mereka adalah warga RI keturunan Timor Lorosae, yang masih ada keterikatan budaya dengan negeri asalnya.
Apa pendapat Anda tentang persidangan kasus para Jenderal Indonesia yang dianggap bersalah dalam kerusuhan pasca jajak pendapat Timor-Timur. Apakah sidang tersebut berjalan fair?
Keputusan pengadilan terhadap para pelaku pelanggar HAM di TimTim dan vonis yang dijatuhkan itu fair atau tidak, sebaiknya ditanyakan kepada para ahli hukum.
Menurut saya, keputusan pengadilan bukan hanya berlandaskan pada kepentingan politik dari kelompok tertentu, misalnya kelompok militer yang masih memiliki pengaruh dalam percaturan politik di Indonesia, kepentingan lobi dan lain sebagainya. Hal yang tidak fair adalah adanya keputusan diskriminasi. Contohnya para jenderal yang ditugaskan di lapangan hanya melaksanakan instruksi yang digariskan dari atasannya, yaitu Panglima Tertinggi TNI/ABRI dan kelompok perancang strategi militer yang bermarkas di Jakarta.
Keputusan diskriminasi lain adalah adanya orang TimTim yang menerima hukuman lebih berat dibanding para aktor yang membumi-hanguskan (Dili, red) pada September kelabu tahun 1999. Para jenderal yang secara langsung terlibat divonis tidak sesuai dengan dimensi keterlibatan mereka.
Mengapa Anda mengundurkan diri dari jabatan sebagai Uskup Dili? Apakah karena kecewa Timor Timur dijadikan dua keuskupan ?
Saya meninggalkan jabatan Uskup karena kesehatan. Saya datang ke Portugal untuk berobat. Pembagian (Timor Lorosae, red) menjadi dua ke-Uskupan, saya kira itu lebih baik karena kalau hanya konsentrasi di satu ke-Uskupan akan memerlukan energi yang banyak. Dua Ke-Uskupan justru menguntungkan dalam menjalankan misi pastoral Gereja di Timor Lorosae.