Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Anwar Nasution menilai nilai tukar rupiah di level Rp 8.300 per dollar Amerika Serikat belum over value atau terlalu tinggi. Artinya, masih mungkin terjadi penguatan rupiah terhadap dolar.
Kalau ekspor jalan terus, harga minyak mentah dunia tetap tinggi dan penjualan IPO (initial public offering) Bank Mandiri sukses, mungkin saja (over value), kata nya usai shalat Jumat di Masjid BI Jakarta, Jumat (23/5). Masuknya arus modal, seperti lewat pembelian reksa dana, juga membantu penguatan rupiah.
Baca Juga:
Penguatan rupiah, menurut Anwar, bagus untuk menekan laju inflasi dan tingkat suku bunga. Tapi, ia mengingatkan untuk memperhatikan juga dampak dari penguatan rupiah ini. Caranya, produktivitas ekspor ditingkatkan, efisiensi juga dengan mengatasi pungli-pungli di pelabuhan, tuturnya.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Theo F. Toemion mengakui penguatan rupiah membuat para ekportir mengeluh. Tapi, kata dia, sejalan dengan pulihnya kepercayaan kepada rupiah, seharusnya eksportir melakukan efisiensi dan efektivitas di perusahaannya.
Karena penguatan rupiah sejak tahun 2002, dan mereka telah melakukan efisiensi dan efektivitas, harusnya tidak ada alasan lagi untuk mengeluh, katanya. Menurut dia, level mengambang bebas diterapkan Indonesia dalam nilai tukar rupiah. Sehingga kepercayaan pasar tercermin dari penguatan rupiah.
(Kurniawan-TNR)