Pemerintah Indonesia berencana melakukan imbal dagang beras dengan pemerintah Vietnam. Ini merupakan salah satu agenda yang akan dibicarakan dalam kunjungan kerja Presiden Megawati Soekarnoputri ke negara itu. Presiden bertolak ke Bangladesh pagi ini. Setelah Bangladesh ia akan berkunjung ke Mongolia, lalu ke Jepang, dan terakhir Vietnam.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Widjanarko Puspoyo di Departemen Keuangan Jakarta, Rabu (18/6), imbal dagang beras itu akan ditukar dengan industri pupuk. Pemerintah akan menawarkan pembangunan industri pupuk dalam pertemuan itu. Di Vietnam, gas alamnya lebih murah dibanding Indonesia, sehingga industri pupuknya juga lebih murah, katanya.
Namun, dengan murahnya gas alam ini, kata Widjanarko, mengkhawatirkan pemerintah Indonesia ditolaknya tawaran itu. Ini masalah, kalau mereka sudah bikin industri pupuk mereka tidak akan membeli lagi pupuk dari kita, katanya.
Kepastian kerjasama imbal dagang itu akan dibicarakan antar dua Presiden pada 25 Juni mendatang di Hanoi. Mudah-mudahan ini materi yang jadi pembahasan yang cepat, kata Widjanarko berharap.
Selain beras, imbal dagang juga akan ditukar dengan gula pasir. Dua komoditas itu diakui Widjanarko sebagia komoditas yang sangat diperlukan Indonesia. Saat ini Vietnam menjadi pemasok beras terbesar bagi Indonesia. Imbal dagang ini kata Widjanarko, akan mulai berlaku akhir tahun ini.
Menurutnya, nilai investasi pabrik industri pupuk yang akan dibangun di Vietnam itu sebesar US$ 150-200 juta. Nilai produksinya diperkirakan akan mencapai US$ 300 juta. Kita akan mengusahakan dapat bagian dari industri itu, katanya.
(Bagja Hidayat-TNR)