Artis yang hadir dalam rapat dengar pendapat Komisi Informasi ini antara lain Dedy Gumelar alias Miing, Desy Ratnasari, dan Ayu Azhari. Rencananya pemilik goyang ngebor Inul Daratista akan hadir, namun berhalangan karena masih terikat kontrak dengan beberapa perusahaan. Inul diwakili pengacaranya, Ruhut Sitompul. Selain itu, hadir juga Ketua Persatuan Artis Film Indonesia dan Ketua Persatuan Artis Sinetron Indonesia.
Miing sebagai wakil artis mengatakan, media seharusnya bisa memahami hak publik dan hak pribadi. Korps wartawan bisa rusak oleh wartawan yang tidak bertanggung jawab, apakah kami selalu menjadi korban, ujarnya. Ia menjelaskan, artis seolah-olah mempunyai kewajiban kepada wartawan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Personel grup lawak Bagito ini kemudian memaparkan beberapa kesimpulan tentang ketidakberesan beberapa wartawan dalam memberitakan artis. Menurutnya, banyak di antara wartawan yang menggeluti dunianya tanpa mempunyai latar belakang jurnalistik. Terlihat dari jenis pertanyaannya. Banyak yang tidak mempunyai tanggung jawab moral atas tulisannya, tapi tidak semua wartawan seperti itu, dia menuturkan.
Selain itu, Miing juga mengeluhkan cara penyelidikan dari wartawan yang dianggapnya terlalu berlebihan, apalagi tidak melalui proses konfirmasi. Ia mencontohkan gossip keberadaan wanita lain hingga beberapa wartawan menelisiknya sampai ke wilayah Banten. Memangnya saya Wapres. Lagi pula kalaupun saya menikah, tidak memakai biaya APBN, kata dia, disambut tawa anggota Dewan dan hadirin yang berada dalam ruang sidang.
Artis penyanyi dan sinetron Desy Ratnasari mengungkapkan pengalaman serupa. Selama ini wartawan hanya berusaha menggali informasi tentang masalah pribadi, kata dia, bukan prestasinya sebagai artis. Ia mengaku tidak bisa menilai apakah pemberitaan di media itu telah melanggar kode etik jurnalistik, karena ia hanya mengetahui bagaimana menjadi seorang entertainer yang baik. Pada prinsipnya, saya terbuka untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan wartawan, sejauh masih berkaitan dengan profesi saya, ujar perempuan asal Sukabumi itu.
Belum selesai Desy memaparkan keluhannya, tiba-tiba anggota Dewan dari Fraksi Partai Golkar Ridwan Mukti melakukan interupsi. Ridwan meminta Desy menjelaskan secara kongkrit masalah yang dialaminya.
Desy tampak sedikit termenung, kemudian membeberkan pengalaman pahitnya dengan media. Dengan terisak, Desy mengatakan ada sebuah media memberitakan masalah ibu pungut. Dan itu tanpa dikonfirmasikan sama sekali, kata Desy yang mengenakan kerudung ungu sambil mencucurkan air mata. Ia juga menceritakan bahwa media sangat menyoroti masalah rumah tangganya terutama mengenai perceraiannya.
Saya berusaha untuk tidak emosi, namun banyak sekali ketersinggungan dengan media. Apakah saya setiap hari harus somasi. Itu tidak mungkin karena saya juga harus bekerja mencari makan, tuturnya. Ia menyatakan sama sekali bukan bermaksud membuat jarak dengan pers karena ia pun mengakui keberadaan pers sangat diperlukan buat artis.
Hal yang sama juga diungkap Ayu Azhari, yang merasa sama sekali tidak mempunyai hak untuk menolak pertanyaan wartawan. Ia menyatakan dirinya tidak menyalahkan bidang kerja wartawan, namun harus ada kejelasan antara hak pribadi dan umum. Sering saya dilontarkan pertanyaan amoral. Apa pimpinan redaksinya tidak menatar lebih dulu, ujarnya tanpa menyebut pertanyaan itu.
Ketua Sidang Effendy Choirie mengatakan, keluhan para artis ini bisa menjadi masukan bagi dunia pers dalam memberitakan artis.
(Yandi-Tempo News Room)