Peneliti masalah seperatisme Kurdi dan Turki ini, melihat tindakan pemerintah justru menjauhkan masyarakat Aceh dari konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Coba buat Indonesia populer disana. Beri fasilitas beasiswa buat mereka ke Jawa, luar negeri, datangkan investasi di sana," katanya.
Menurutnya, apa yang terjadi di Kurdi berbeda dengan di Aceh. Sebab, isu internasional Turki terhadap Kurdi lebih mengena sehingga Amerika Serikat bisa membantu Turki menangkap Abdullah Ercan, pemimpin suku Kurdi. Sementara Indonesia masih kurang populer dibanding cara Turki saat itu mendapat bantuan negara besar seperti Amerika Serikat.
Namun, perlawanan gerilya di kedua daerah tersebut memang masih terjadi. "Sebab sulit memang menghadapi gerakan gerilya, kecuali memenangkan hati rakyatnya," ujarnya lagi kepada TNR. Caranya, katanya, pemerintah harus melakukan pemisahan antara GAM dan Aceh. "Sebab GAM kan bukan Aceh. Tapi sementara yang saya lihat seperti itu (GAM sama dengan Aceh),"ujarnya lagi.
Untuk kasus penyelesaian Aceh, saat ini, katanya, Indonesia memberikan kesempatan publik, termasuk rakyat Aceh untuk memilih apa yang diinginkan. ang saya lihat saat ini, DPR juga membiarkan Aceh, seakan tidak peduli,"ujarnya.
yophiandi-Tempo News Room