Hal tersebut merupakan petikan paparan Chairman Charoen Pokphand Indonesia, Sumet Jiaravanon, pada seminar tentang pertanian yang diadakan Himpunan Alumni IPB di Jakarta, Rabu siang. Charoen Pokphand merupakan perusahaan besar produk pertanian dan peternakan yang berasal dari Thailand.
Menurut Jiaravanon, hal tersebut mungkin terjadi karena saat ini kemajuan teknologi pertanian berkembang sangat pesat. "Bila tidak ada pembagian tugas antara negara maju dan berkembang, selalu negara berkembang akan kalah bersaing,” katanya. Ia berharap persoalan itu sudah bisa terlaksana dalam 50 tahun ke depan.
Sebagaimana pemahaman ekonomi klasik, Jiaravanon menyarankan agar persaingan perdagangan internasional hendaknya berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif masing-masing negara. "Misalnya, Indonesia hanya mengembangkan produk sesuai kekayaan alam dan iklimnya,” katanya. Dengan begitu, Cina, misalnya, tidak perlu lagi mengembangkan produk unggulan yang dihasilkan Indonesia tersebut.
Ia juga mencontohkan terjadinya kelebihan produksi pangan dunia, akibat kemajuan teknologi pertanian. Di satu sisi, hal itu menguntungkan karena harga turun, tetapi tidak pada sisi lain, karena dalam jangka panjang bisa menciptakan pengangguran.
Tentang hal itu, secara terpisah Pengamat Ekonomi Didik J. Rachbini menyatakan hal itu bisa saja dilakukan. Ia melihat dukungan potensi tradisional di masing-masing Negara. “Namun tentu harus dilakukan berdasarkan data dan fakta keunggulan masing-masing,” katanya.
poernomo gontha ridho/TNR