Manajemen Bank Danamon juga telah menyetujui membayar deviden interim sebesar Rp 417,2 miliar. “Pembagian dividen ini mewakili 40 persen keuntungan bank dan saat ini sedang menunggu persetujuan dari BPPN,” kata Vera. Persetujuan dari BBPN ini berkaitan dengan skema blanket guarantee. Sebenarnya, menurut Vera, setiap tahun sejak Danamon mampu membayar deviden interim, pasti akan dibayarkan.
Untuk pendapatan bunga bersih, kata Vera, selama triwulan III 2003 Bank Danamon memperoleh sebesar Rp 1.823 miliar. Angka ini meningkat 35,8 persen dibandingkan dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 1.342 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini berdampak pada peningkatan margin bunga bersih (net interest) yang meningkat 4,1 persen pada triwulan III 2002 menjadi 5,3 persen pada triwulan III 2003.
Bank yang memperoleh penghargaan terbaik kedua dalam Annual Report Award 2003 yang diselenggarakan oleh kantor Kementrian BUMN ini juga memperoleh peningkatan fee based income. “Dari Rp 549 miliar menjadi Rp 1,046 miliar,” kata Vera.
Peningkatan fee based income ini, kata Vera, akan memperbaiki rasio terhadap pendapatan operasional (fee to income ratio). Triwulan ke III 2003 membaik menjadi 19,0 persen dibandingkan triwulan III 2002 yang hanya sebesar 9,7 persen.
Peningkatan fee based ini, kata Vera, berasal dari Reksadana. “Tapi transaksi dari produk-produk baru kami juga amat berpengaruh,” katanya.
Muliadi Rahardja, Direktur Bank Danamon yang juga hadir dalam pemaparan kinerja 2003 Danamon itu menyatakan penambahan features baru amat berpengaruh dengan peningkatan fee based. Sementara bunga bersih yang meningkat pada periode saat ini, kata Muliadi, sebagian besar karena kontribusi kredit.
“Sampai September ini kredit menyumbang 58 persen sedangkan sisanya merupakan obligasi pemerintah,” kata Muliadi. Sedangkan periode sebelumnya konstribusi kreditnya sebanyak 33 persen dan yang banyak adalah obligasi pemerintah. “Jadi sekarang sudah lebih membaik,” katanya.
Bank yang peringkatnya dari PEFINDO meningkat dari BBB+ menjadi A+ juga mengalami pertumbuhan dalam hal rasio kredit bermasalahnya (NPL). Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, rasio NPL saat ini 5,1 persen dibandingkan dengan 3,5 persen sebelumnya.
Anastasya Andriarti - Tempo News Room