Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

BPK Segera Dilantik

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Setelah hari raya Idul Fitri Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) periode 2004-2009, yang dipimpin Anwar Nasution, menurut Menter Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra, akan segera mengucapkan sumpah. Ketua Mahakamah Agung Bagir Manan, yang akan membacakan sumpah itu di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keputusan melantik sumpah, diputuskan setelah sidang pembacaan putusan perkara Keputusan Presiden tentang pemberhentian dan pengangkatan BPK di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jumat (12/11).Menurut Yusril,, Putusan MK didasarkan atas kesimpulan hakim majelis bahwa proses pemilihan anggota BPK periode 2004-2009 tidak bertentangan dengan UUD 1945. Selain itu presiden juga tidak terbukti mengabaikan kewenangan DPD. Implikasi dari putusan itu, anggota BPK yang diketuai oleh Anwar Nasution dinyatakan sah.Putusan MK menyatakan untuk menolak secara keseluruhan permohonan pemohon dan menyatakan putusan sela MK tidak berlaku lagi. Putusan sela pada sidang sebelumnya memerintahkan penghentian sementara pelaksanaan Keputusan Presiden No 185/M tahun 2004.Putusan MK dalam sidang yang dipimpin oleh ketua MK Jimmly Asshiddiqie itu tidak dicapai dengan suara bulat. Terdapat pendapat berbeda (dissenting opinion) oleh tiga hakim konstitusi. Mereka adalah Mukthie Fadjar dan Maruarar Siahaan dan Harjono. Hakim Mukthie dan Maruarar berpendapat bahwa seharusnya MK mengabulkan permohonan Pemohon dan menyatakan bahwa Keppres No. 185/M Tahun 2004 batal demi hukum. Sedangkan Hakim Harjono berpendapat bahwa seharusnya permohonan pemohon dinyatakan tidak dapat diterima dan bukan ditolak, karena terjadi error in persona.Gugatan Keputusan Presiden Megawati Sukarno Putri, tentang pemberhentian dan pengangkatan anggota BPK ini diajukan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Pengajuannya didasarkan pada hasil sidang paripurna ke-10 DPD tanggal 4 November 2004. DPD merasa kewenangan konstitusionalnya telah dilanggar oleh Keppres tersebut.Menurut DPD, seharusnya pihaknya dimintai pertimbangan mengenai pembentukan anggota BPK, namun hal itu tidak dilakukan. Dasar gugatan DPD adalah Pasal 23F ayat (1) UUD 1945. Didalamnya disebut bahwa anggota BPK dipilih oleh DPR dengan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh Presiden.Pertimbangan yang digunakan MK ketika memutuskan perkara ini adalah bahwa dalam Pasal 23G ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai BPK diatur dengan UU. Dengan demikian, maka menurut MK pelaksanaan Pasal 23F UUD 1945 harus diatur dengan UU.Sampai akhir masa jabatan BPK tanggal 8 Oktober 2003, UU yang dimaksud dan DPD belum terbentuk. Padahal menurut UUD 1945, DPR harus segera mengganti BPK. Ada dua pilihan langkah yang dapat diambil DPR. Menunggu terbentuknya DPD dan UU yang dimaksudkan Pasal 23G UUD 1945 atau melaksanakan ketentuan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945.DPR memutuskan untuk memilih opsi yang kedua. Berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi, “segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UUD ini.” Mengenai BPK masih diatur oleh UU No. 5 Tahun 1973.Proses pemilihan anggota BPK itu telah selesai pada tanggal 2 Juni 2004. Sedangkan DPD baru dilantik pada tanggal 1 Oktober 2004. Hakim Mukthie dan Maruarar dalam dessenting opinionnya menyebut bahwa alasan DPR untuk menggunakan UU No.5 Tahun 1973 karena DPD belum terbentuk dan UU BPK baru yang diamantkan Pasal 23G ayat (2) UUD 1945 tidaklah tepat. Sebab menurut keduanya UUD 1945 telah mengatur tentang mekanisme pemilihan dan pengangkatan anngota BPK yang sama sekali berbeda dengan ketentuan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 sebelum perubahan Menurut kedua hakim konstitusi tersebut, Keppres yang memperpanjang masa jabatan BPK periode 1998-2003 dan persetujuan DPR, merujuk pada UUD 1945 dan perubahannya. Jadi bukan UUD 1945 sebelum perubahan yang menjadi dasar hukum UU No.5 Tahun 1973. Alasan DPR tidak meminta pertimbangan DPD karena DPD belum terbentuk menurut kedua hakim itu juga tidak tepat. Karena DPD sudah eksis sejak termuat dalam Konstitusi jo UU Susduk No.22 Tahun 2003. Lagipula pada tanggal 5 Mei 2004 KPU telah mengumumkan anggota terpilih DPD. Atas dessenting opinion tersebut, kuasa DPD I Wayan Sudirta mengaku lega.”Saya lega terhadap dissenting oponion Maruarar Siahaan,” ujar I Wayan. Alasannya, hal tersebut menunjukkan bahwa pendapat DPD bukanlah pendapat pribadinya sendiri. Karenanya ternyata ada hakim yang mempunyai pendapat yang sama. Namun ia mengakui tidak menyatakan lega atas keputusan MK, tetapi menerima dan menghormati keputusan tersebut. Sidang pembacaan putusan ini dihadiri oleh kuasa DPD I Wayan Sudirta, Ruslan Wijaya, Anthony C. Sunarjo, Muspani dan Marwan Batubara. Ketua BPK Satrio B Joedono, Menteri Sekertaris Negara Yusril Ihza Mahendra dan Paskah Suzeta yang mewakili DPR. Indriani Dyah
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

8 jam lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (tengah) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (kiri) dan Arief Hidayat (kanan) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, serta capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang diajukan dalam sidang putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

MK menyatakan terdapat beberapa kelemahan dalam UU Pemilu, Peraturan KPU, dan Peraturan Bawaslu.


Ketua MK Suhartoyo dan 7 Hakim Konstitusi Kenakan Jubah Warna Hitam dan Merah, Apa Artinya?

11 jam lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (tengah) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (kiri) dan Arief Hidayat (kanan) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak seluruh permohonan yang diajukan capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, serta capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, yang diajukan dalam sidang putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
Ketua MK Suhartoyo dan 7 Hakim Konstitusi Kenakan Jubah Warna Hitam dan Merah, Apa Artinya?

Jubah berwarna hitam dan merah yang dikenakan hakim MK bukan hanya sekadar pakaian resmi, tetapi juga simbol yang mengandung filosofi.


Perludem Sebut MK Masih Jadi Mahkamah Kalkulator

11 jam lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo (kanan) didampingi Hakim Konstitusi Saldi Isra (tengah) memimpin jalannya sidang putusan perselisihan hasil Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin, 22 April 2024. TEMPO/Febri Angga Palguna
Perludem Sebut MK Masih Jadi Mahkamah Kalkulator

Perludem menyatakan bahwa MK masih menjadi 'mahkamah kalkulator' karena putusan sengketa pilpres masih berlandaskan selisih hasil suara.


Namanya Disebut di Sidang MK Soal Netralitas TNI, Berikut Profil Mayor Teddy Ajudan Prabowo

19 jam lalu

Cuplikan video Mayor Teddy dan Dokter Gunawan. TIktok
Namanya Disebut di Sidang MK Soal Netralitas TNI, Berikut Profil Mayor Teddy Ajudan Prabowo

Nama Mayor Teddy dikenal publik setelah menjadi ajudan Prabowo dan menimbulkan kontroversi karena hadir di debat capres masih aktif anggota TNI.


Bersyukur Atas Putusan MK, AHY Ucapkan Selamat kepada Prabowo-Gibran

20 jam lalu

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, dalam konferensi pers tentang Keputusan MK terkait Pilpres 2024 di DPP Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Defara
Bersyukur Atas Putusan MK, AHY Ucapkan Selamat kepada Prabowo-Gibran

Menurut AHY, keputusan MK telah memberikan kepastian hukum yang sangat kuat bagi pasangan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih


3 Hakim MK Dissenting Opinion, Pakar UI: Persoalan Hukum Pemilu Bukan Isapan Jempol

22 jam lalu

Pakar kepemiluan dari Universitas Indonesia (UI) Titi Anggraini saat ditemui di Pusdik MK, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, 6 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
3 Hakim MK Dissenting Opinion, Pakar UI: Persoalan Hukum Pemilu Bukan Isapan Jempol

Pakar kepemiluan UI Titi Anggraini menyoroti dissenting opinion tiga hakim MK dalam putusan sengketa pilpres.


Putusan MK Sebut Bansos Tak Untungkan Prabowo-Gibran, Ini Gelontoran Dana Bansos Seiring Pemilu 2024

23 jam lalu

Warga membawa beras dan bantuan presiden pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024. Presiden memastikan pemerintah akan menyalurkan bantuan 10 kilogram beras yang akan dibagikan hingga bulan Juni kepada 22 juta masyarakat Penerima Bantuan Pangan (PBP) di seluruh Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Putusan MK Sebut Bansos Tak Untungkan Prabowo-Gibran, Ini Gelontoran Dana Bansos Seiring Pemilu 2024

MK sebut penyaluran bansos menjelang pemilu tak untungkan Prabowo-Gibran. Ini gelontoran dana bansos triliunan rupiah menjelang Pemilu 2024.


PDIP Belum Menyerah Gugat ke PTUN Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU Sebut Sudah Tak Ada Celah Hukum

1 hari lalu

Ketua tim hukum PDI Perjuangan Gayus Lumbuun (kiri) menerima berkas gugatan yang telah didaftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jakarta Timur, Selasa, 2 April 2024. Gugatan tersebut ditujukan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), terkait perbuatan melanggar hukum oleh kekuasaan pemerintahan (onrechmatige overheidsdaad) dalam hal ini utamanya adalah KPU pada Pemilu 2024, khususnya pemilihan presiden. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
PDIP Belum Menyerah Gugat ke PTUN Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU Sebut Sudah Tak Ada Celah Hukum

Ketua Tim Hukum PDIP Gayus Lumbuun meminta KPU untuk menunda penetapan hasil Pilpres 2024 sembari menunggu hasil gugatan PTUN, KPU menolak


Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

1 hari lalu

Pakar hukum sekaligus Ketua Departemen Hukum Tata Negara UGM Zainal Arifin Mochtar. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.


Putusan MK Sebut Jokowi Tak Terbukti Lakukan Nepotisme dan Abuse of Power, Apa Tindakan Masuk Kategori Itu?

1 hari lalu

Sidang putusan perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 dihadiri 8 hakim, gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin, 22 April 2024.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Putusan MK Sebut Jokowi Tak Terbukti Lakukan Nepotisme dan Abuse of Power, Apa Tindakan Masuk Kategori Itu?

Putusan MK sebut tidak ada bukti kuat Jokowi lakukan nepotisme dan abuse of power. Apa yang masuk dalam tindakan nepotisme dan abuse of power?