Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kompor Baru Wawan

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, CIAMIS:Sudah tiga minggu terakhir ini ada yang berubah di rumah Wawan Kuswanto di Kampung Manganti, Desa Sidarahayu, Ciamis, Jawa Barat. Hampir setiap hari warga ramai mengunjunginya.Mereka bukan untuk berbelanja di toko kelontong di muka rumahnya atau sekadar jajan mi bakso yang juga dijual Wawan, melainkan terus masuk hingga halaman belakang rumahnya. Di sana, di antara pepohonan kelapa, mereka mendapati pemandangan api yang bergelegak sendiri dari dalam tanah, tak putus-putus.Rasa waswas yang pernah ada sirna sudah, berganti terkesiap dan mungkin sedikit iri karena, belakangan, Wawan memanfaatkan sumber api itu untuk memasak. "Alhamdulillah, saya tidak perlu lagi susah-susah beli minyak tanah," ujar Wawan, yang mengaku sehari bisa menghabiskan tiga liter minyak tanah.Sumber api "abadi" untuk dapurnya itu diperoleh Wawan secara tidak sengaja ketika sedang mencari sumber air baru. Ceritanya, sepanjang musim kemarau lalu, air tanah di rumahnya berubah menjadi berwarna hitam. Pengeboran harus dilakukan hingga 28 meter sebelum Wawan mendapatkan sumber air pengganti dengan kualitas sepadan.Siapa menyangka kalau ternyata bukan hanya air bersih yang dipancingnya dari kedalaman itu, tapi juga gas metana. Kepastian yang terakhir ini diungkap Syarief Hidayat, Kepala Bidang Geologi dan Pertambangan Dinas Pertambangan Kabupaten Ciamis, yang terpaksa ikut menyeruak di belakang rumah Wawan untuk meredam kegelisahan yang sempat berkembang.Semburan gas itu nyatanya memang sempat membuat Wawan dan tukang sumur bor yang disewanya lari terbirit-birit. Para tetangganya pun sudah membayangkan harus mengungsi. Semua itu karena awalnya semburan gas tidak berwarna dan tidak berbau itu hanya terlihat dalam rupa lumpur yang mendidih di sekitar lubang sumur Wawan--mirip cikal-bakal semburan lumpur liar di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.Apalagi, begitu disulut api, semburan gas itu ternyata terbakar. Hanya, setelah memastikan api tidak "seliar" yang dikira, Wawan dan tukang sumurnya kembali untuk memadamkan api dengan cara menutupnya dengan lumpur.Pertama Wawan menguburnya, tapi kemudian dia membongkarnya kembali. Pria 32 tahun yang hanya lulusan sekolah menengah pertama itu menyatukan lubang-lubang semburan gas itu, merangkainya dengan pipa plastik sepanjang dua meter, dan menjauhkannya dari lubang sumur.Wawan mencoba menyulutnya kembali, dan bleb, api langsung menjulur sampai setinggi satu meter. Kali ini Wawan tidak bisa menahan diri lagi untuk melaporkannya kepada aparat kecamatan setempat, yang kemudian mengutus Syarief.Sejauh ini Syarief sudah mengambil sampel gas itu serta meneliti bebatuan dan sedimen di sekitar sumber yang hanya berjarak 200 meter dari aliran Sungai Citanduy itu. Syarief memperkirakan, gas terakumulasi dari endapan sampah organik semacam tumbuhan dan dedaunan dari Sungai Cintanduy purba.Gas yang terhimpun terperangkap di bawah Ciamis oleh dua bidang sesar besar, masing-masing dari Cirebon dan Yogyakarta. "Jumlahnya (gas) kecil dan bersifat sporadis saja. Nanti juga akan habis dengan sendirinya," kata Syarief.Sambil menunggu gas itu terkuras habis, Syarief mengatakan apa yang dilakukan Wawan dengan kompor barunya sudah tepat. Menurut dia, semburan gas akan lebih berbahaya jika disumbat, karena bisa meledak. Gas metana juga bisa merambat dan mendapatkan jalan keluarnya sendiri, yang justru tidak diinginkan. "Jika ditutup dan tanpa disadari keluar di dalam rumah, tiba-tiba ada yang menyalakan korek api, akan terjadi ledakan," katanya memberi contoh.Wawan tentu saja berharap semburan gas tidak cepat-cepat habis. Kalau memungkinkan, dia ingin membagi bahan bakar dapur langsung dari sumbernya di alam itu--tanpa lewat jaringan Pertamina--dengan para tetangganya. "Biar warga Manganti tidak perlu susah antre minyak tanah lagi," katanya.Rambat Eko
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

12 Desember 2023

Mekanik melakukan perawatan rutin armada taksi Bluebird di Pool Bluebird Warung Buncit, Jakarta, Senin 24 Juli 2023. Perawatan rutin armada taksi tersebut untuk memberikan standard kenyamanan perjalanan sesuai kampanye PT Blue Bird Tbk yakni Standard Nyaman Indonesia (SNI). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mengenal Bahan Bakar CNG yang Digunakan Taksi Bluebird, Diklaim Bisa Kurangi Emisi

Sebanyak 3.200 unit armada taksi Bluebird menggunakan bahan bakar Compressed Natural Gas (CNG).


PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

31 Maret 2023

Harga Bahan Bakar Gas (BBG) yang tertera di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Mampang, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Mei2022. Pemerintah melalui Kementerian ESDM menaikkan harga jual bahan bakar gas (BBG) menjadi Rp 4.500 per liter  sebelumnya Rp 3.100 per liternya. Kenikan harga jual baru ini berlaku sejak 1 Mei 2022 lalu. TEMPO/ Febri Angga Palguna
PGN Test Drive Motor Bahan Bakar Gas, Hasilnya Mencengangkan

Harga BBG atau bahan bakar gas sama di semua tempat pengisian, yakni Rp 4.500 per liter setara premium ( LSP).


Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

13 Mei 2022

Bus Transjakarta (busway) saat mengisi bahan bakar gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Auri, Pancoran, Jakarta. [TEMPO/ Dwianto Wibowo]
Tarif BBG Naik, Transjakarta: Belum Ada Arahan Pemprov soal Tarif Layanan

Kenaikan tarif BBG akan berdampak terhadap beban biaya operasi Transjakarta.


Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

11 Mei 2022

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) sedang mengisi BBG angkutan kota (angkot) di SPBG, Bogor, Jawa Barat. 28 September 2017. Saat ini ada sekitar 500 angkot di Bogor yang menggunakan BBG. Setiap bulan, angkot-angkot itu menyerap 150.000 meter kubik BBG. TEMPO/Amston Probel
Terpopuler Bisnis: Aturan Lengkap PPKM, Tarif BBG Naik per 1 Mei

Artikel mengenai aturan lengkap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tampak paling banyak dibaca. Ada juga tentang kenaikan BBG.


Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

10 Mei 2022

PT Perusahaan Gas Negara Tbk memastikan seluruh SPBG yang dikelola perusahaan beroperasi normal dan pasokan BBG aman dan lancar.(dok PGN)
Tarif BBG Resmi Naik per 1 Mei, Energi Watch: Masih Lebih Murah dari BBM

Kenaikan harga BBG tidak akan mengganggu proses transisi energi. Sebab, harganya lebih murah ketimbang BBM.


DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

13 September 2019

Para pengemudi angkutan umum tengah mengantre pengisian bahan bakar gas di SPGB kawasan Pluit, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019. PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mencatat laba bersih sepanjang semester I 2019 turun 69,87% menjadi US$ 54,04 juta dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tempo/Tony Hartawan
DKI Diminta Segera Pakai Kendaraan Operasional Bahan Bakar Gas

Penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan operasional pemda dan angkutan umum sesuai amanat Pergub Nomor 141 Tahun 2007.


KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

28 Juni 2019

PT Perusahaan Gas Negara Tbk memastikan seluruh SPBG yang dikelola perusahaan beroperasi normal dan pasokan BBG aman dan lancar.(dok PGN)
KPBB Sebut Lobi Solar Ingin Hilangkan Bahan Bakar Gas

Ahmad menduga terjadi lobi-lobi pebisnis kepada pemerintah agar menggugurkan aturan yang mewajibkan penggunaan bahan bakar gas (BBG).


Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

13 Juli 2018

Interior bus baru Scania Low Entry City di Balaikota, Jakarta, 11 Maret 2016. Bus asal Swedia ini, berbahan bakar gas (BBG) sehingga ramah lingkungan. TEMPO/M Iqbal Ichsan
Jaga Kualitas Udara, Transportasi Resmi Asian Games Berbahan Bakar Gas

Transportasi resmi Asian Games 2018 akan menggunakan kendaraan berbahan bakar gas.


Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

9 Februari 2018

Dalam kesempatan lain, Menteri ESDM Ignasius Jonan menjelaskan tentang zona bahaya dan zona aman erupsi Gunung Agung saat meninjau Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, 22 Desember 2017. ANTARA FOTO
Jonan Resmikan 10.101 Jaringan Gas Rumah Tangga di Mojokerto

Jaringan Gas di Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto dibangun karena berdekatan dengan dua sumur gas.


Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

10 November 2017

Petugas menunjukkan contoh Avtur pada gelas ukur sebelum didistribusikan di Terminal Bahan Bakar Minyak Pertamina, Pontianak, Kalimantan Barat, 14 Oktober 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Pertamina Bagikan 2.000 Converter Kit ke Nelayan

Pertamina menyatakan mendukung konversi bahan bakar minyak ke gas oleh nelayan.