Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berebut Berkah Air Cucian Kereta Pusaka

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Teko, 72, hanya bisa duduk menyendiri di sudut Museum Kereta Keraton Yogya, Selasa (23/1). "Saya sudah tua, tak mampu lagi berdesakan. Mudah-mudahan ada yang berbaik hati membagi air jamasan kereta," katanya sembari memegangi botol plastik kosong.Rebutan air bekas pencucian kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat memang selalu terjadi tiap tahun. Orang-orang saling beradu otot menyorongkan wadah, sekadar mendapatkan tetes-tetes air cucian kereta pusaka. Tubuh nenek Teko yang sudah renta, tak mungkin lagi kuat berebut. Bahkan, untuk mendekat ke kerumunan saja ia tak lagi berani.Wajah nenek Teko tiba-tiba berbinar saat seorang rekannya yang lebih muda datang membawa rantang berisi bekas air cucian kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat. Air dalam rantang yang tak seberapa itu kemudian dipindah ke dua botol, salah satunya botol yang dipegang nenek Teko. Sebagian air dalam botol itu kemudian dituang ke telapak tangan dan kemudian dibasuhkan ke mukanya. "Biar sehat dan panjang umur," kata nenek Teko sembari tertawa, memperlihatkan giginya yang berwarna coklat akibat rajin makan sirih.Sebagian air yang tersisa di botol akan ia bawa pulang. Menurut nenek Teko, air bekas cucian kereta pusaka Kanjeng Nyai Jimat itu banyak manfaatnya. "Kalau ada cucu saya yang panas, bisa sembuh setelah mukanya dibasuh dengan air berkah ini," katanya.Benar atau tidak, ini memang soal kepercayaan. Buktinya, setiap jamasan kereta pusaka selalu dipadati orang-orang yang ingin berebut air bekas cucian yang dipercaya membawa berkah. Mereka yang datang tidak hanya warga Yogya, namun juga kota-kota sekitarnya seperti Klaten, Magelang dan Parakan Temanggung. Orang-orang dari luar kota itu bahkan rela menginap agar tak ketinggalan acara ritual ini.Sebagian besar warga luar kota yang datang untuk berebut air bekas cucian kereta pusaka ini adalah petani. Mereka percaya, air bekas cucian kereta pusaka itu selain bisa menyembuhkan anak-anak yang sakit demam, juga sangat bermanfaat untuk tanaman di sawah mereka. "Selain untuk mengusir hama, hasil panennya juga lebih banyak," kata Mitro, 64, petani tembakau asal Temanggung.Jamasan pusaka keraton Yogya selalu jatuh pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pertama di bulan Sura (bulan pertama dalam kalender Jawa). Upacara jamasan pusaka keraton selalu berlangsung di dua tempat yakni di Gedong Pusaka (tempat menyimpan sejumlah pusaka utama keraton Yogya) dan di Museum Kereta Keraton Yogya. Jamasan pusaka di Gedong Pusaka dipimpin langsung oleh Sultan yang saat itu tengah berkuasa dan tidak bisa disaksikan oleh masyarakat umum. Sementara jamasan kereta dilaksanakan oleh sesepuh Museum Kereta.Tahun ini, jamasan pusaka keraton Yogya jatuh pada Selasa Kliwon (23/1), dipimpin langsung oleh Mas Riyo Purwo Seputro. Selain Kanjeng Nyai Jimat, ikut pula dijamasi sebuah kereta lain peninggalan Sultan Hamengku Buwono VIII. Kereta berwarna hijau yang ditarik empat kuda ini belum diberi nama karena baru saja dipindahkan dari pendopo Ambarukmo ke museum keraton Yogya.Kanjeng Nyai Jimat adalah kereta kencana yang dipesan langsung dari Belanda, sekitar tahun 1800-an. Kereta yang ditarik delapan ekor kuda ini pernah digunakan di zaman Sultan HB I sampai HB V. Kereta ini biasanya digunakan untuk upacara-upacara kebesaran atau upacara penobatan raja. Konon, kereta jenis ini hanya tinggal dua di dunia. Selain tersimpan di museum kereta keraton Yogya, kereta serupa kini disimpan di museum Portugis. Karena kondisinya yang sudah rapuh karena usia, perlu perlakuan ekstra hati-hati saat menarik kereta ini ke luar dari ruang penyimpanan kereta ke halaman untuk dijamas.Namun dari legenda yang diceritakan turun temurun, asal-usul Kereta Kencana Kanjeng Nyai Jimat ini konon diperoleh dari Laut Selatan, oleh seorang abdi dalem keraton yang tengah memancing di Laut Selatan. Ketika kailnya menyangkut sesuatu, saat ditarik ternyata sebuah kereta kencana. Kereta ini konon berasal dari salah satu kerajaan di India. Kereta milik raja ini sengaja dilarung di laut sabagai syarat untuk mengusir wabah kolera yang menyerang rakyatnya. Kereta yang dilarung itu akhirnya sampai di Laut Selatan, sebelum ditemukan abdi dalem keraton Yogya.Heru cn
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

17 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

43 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Sejumlah warga melintas di depan  Keraton Surakarta. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto: TEMPO | SEPTHIA RYANTHIE.
Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.


UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto:  kebudayaan.kemdikbud.go.id.
UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.


Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Patung dua harimau dan meriam di depan bangunan Jinem Pangrawit  Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, (4/1). TEMPO/Rully Kesuma
Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.


Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Keraton Solo. ANTARA/Aris Wasita
Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022


Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta bersyukur kunjungan wisatawan mulai pulih dan menggerakkan roda perekonomian mereka. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.


Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

15 Oktober 2022

-Pengrajin menjemur batik Madura yang baru dicuci di kampung batik Tanjung Bumi,  Bangkalan, Madura.  Batik Bangkalan memiliki ciri khusus  yaitu adanya motif  warna merah yang sangat mewakili karakter penduduk pesisir. Tempo/Rully Kesuma
Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

Batik pesisiran banyak disenangi karena visualnya yang lebih beragam dengan perpaduan warna yang lebih cerah dibandingkan jenis batik pedalaman.