"Dengan pola pertumbuhan ekonomi seperti saat ini pemerintah akan sulit melakukannya," kata peneliti Pusat Penelitan Ekonomi (P2E) LIPI Latif Adam dalam jumpa pers hasil penelitian "Pertumbuhan Ekonomi Naik, Industri Stagnan : Mencari Terobosan Kebijakan Industri" di Kantor LIPI, Kamis (28/08).
Hasil penelitian P2E LIPI menunjukan motor penggerak pertumbuhan ekonomi sampai kuartal kedua 2008 masih tetap terfokus pada sektor non-tradable. Sektor non-tradable yaitu listrik gas, air minum, konstruksi, perdagangan, hotel, restoran, transportasi, keuangan dan jasa-jasa menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 73,4 persen.
Sementara, sektor tradable sumbanganya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya 26,6 persen. Sektor-sektor tradable adalah pertanian, pertambangan serta industri pengolahan.
Menurutnya, tren dalam lima tahun terakhir sektor non- tradable terus menurun sumbangsihnya dalam pertumbuhan ekonomi. "Padahal penyerapan tenaga kerja dari sektor non-tradable lebih rendah dibandingkan sektor tradabel," kata Latif.
Selama ini, sektor tradable menyerap hampir 60 persen tenaga kerja di Indonesia.
Sementara itu, target pemerintah untuk menurunkan anka pengangguran dan kemiskinan cukup ambisius. Presiden SBY menyatakan dalam pidato kenegaraannya kemiskinan akan ditekan sampai 12-14 persen. "Apakah mungkin ini dicapai dengan pola pertumbuhan ekonomi seperti saat ini? Saya rasa sulit," katanya.
Latif bahkan menyebutkan hasil penelitianya yang menyebutkan pengangguran justru akan meningkat pada tahun depan menjadi 9 persen atau lebih tinggi dari proyeksi pemerintah yang mentargetkan sebesar 7-8 persen.Posisi saat ini, angka pengangguran masih berada pada 8,5 persen. "Penyerapan tenaga kerja dari sektor industri menurun," katanya.
Serapan tenaga kerja justru lebih banyak di sektor informal yang menurutnya justru tak sehat bagi perekonomian. Oleh karena itu, Ia menilai pemerintah harus segera dan serius menggarap sektor tradable yang banyak menyerap tenaga kerja jika ingin menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran di tahun depan.
Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Andi Rahmat juga sependapat dengan LIPI. Menurutnya, target pengentasan kemiskinan dan penurunan pengangguran yang disampaikan oleh Presiden SBY dalam pidato kenegaraanya memang terlalu ambisius. "Berat, pada akhirnya pemerintah harus merevisi target yang sudah disampaikan," kata Andi menjawab pertanyaan Tempo.
Andi menyatakan pertumbuhan ekonomi memang tak berkualitas karena kurang berkonstribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. "Sektor manufaktur kita yang banyak menyerap tenaga kerja memang terus mengecil," katanya.
Kendalanya, karena persoalan modal, iklim investasi dan sistem perpajakan. Untuk itu, Andi mendesak pemerintah membentuk Badan Layanan Umum untuk sektor manufaktur dan mempercepat pembentukan kawasan berikat.
Gunanto E S
Box :
Sumbangan sektor tradable dan non tradable terhadap Growth
Sektor Q2 2007 Q2 2008
Tradable 34,9% (2,2 % dari 6,3%) 26,6 % (1,7 dari 6,4)
Non tradable 65,1% (4,1 dari 6,3) 73,4% (4,7 dari 6,4)
Tabel pertumbuhan Year on Year menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha Q2/2007 Q2/2008
Pertanian 0,4 (6,3) 0,7 (10,9)
Pertambangan 0,3 (4,8) -0,1 (-1,6)
Industri Pengolahan 1,5 (23,8) 1,1 (17,2)
Listrik, Air dan Gas 0,1 (1,6) 0,1 (1,6)
Kosntruksi 0,5 (7,9) 0,5 (7,8)
Perdagangan, Hotel 1,4 (22,2) 1,3 (20,3)
dan Restoran
Pengangkutan dan Komu 0,8 (12,7) 1,4 (21,8)
Keuangan, real estate 0,7 (11,1) 0,8 (12,5)
Jasa-Jasa 0,6 (9,5) 0,8 (12,5)
PDB 6,3 6,4
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukan kontribusi pertumbuhan sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi (dalam persen).