TEMPO Interaktif, Jakarta: Laba bersih PT Aneka Tambang Tbk terjun bebas pada semester pertama 2008. Penyebabnya adalah harga komoditas tambang, terutama nikel, yang terus turun. Laba bersih Aneka di semester pertama turun 49 persen menjadi Rp 1,465 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 2,873 triliun.
"Penurunan harga komoditas sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja," kata Direktur Utama Aneka Alwin Syah Loebis, hari ini.
Penurunan harga komoditas ferronikel dan bijih nikel, yang mencapai 30 persen dan 21,46 persen, memberi pengaruh besar. Harga yang diterima perseroan untuk ferronikel sepanjang semester pertama 2008 adalah US$12,55/lb (satuan untuk ferronikel, 1lb = 1 pound, 1 pound= 0,00045 ton) atau turun 30 persen dibanding semester pertma 2007 yang mencapai US$ 17,93/lb.
Sedangkan untuk bijih nikel, harga rata-rata bijih nikel yang diterima Aneka turun dari
US$ 81,49/wmt semester pertama 2007 menjadi US$ 64/wmt, periode sama tahun ini. Volume penjualan untuk bijih nikel selama semester pertama 2008 ini mengalami penurunan 6,74 persen, dari 3,962 juta weight metric ton (wmt) pada semester I/2007, menjadi 3,661 juta wmt, periode sama tahun ini.
Turunnya harga tersebut membuat penjualan Ferronikel Aneka anjlok hingga 25,48 persen. Dari Rp 2,594 triliun semester pertama 2007 menjadi Rp 1,933 triliun, pada periode sama tahun ini. Padahal untuk volume penjualan ferronikel sendiri mengalami peningkatan 3,88 persen sepanjang semester pertama 2008. Dari 7.268 ton semester pertama 2007, menjadi 7.550 ton pada semester pertama 2008.
Penjualan Aneka pertengahan tahun ini turun 7,3 persen, menjadi Rp 5,57 triliun, dari sebelumnya Rp 6,013 triliun. Perseroan juga mengalami pembengkakan beban pokok penjualan hingga Rp3,193 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,842 triliun. Akibatnya, laba usaha ikut menyusut 49,29 persen menjadi Rp1,988 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,921 triliun.
"Akibatnya perolehan penjualan Antam dari bijih nikel pada semester pertama 2008 turun 24,97 persen, menjadi Rp 2,166 triliun, dari Rp 2,887 triliun periode sama tahun lalu," katanya.
ARI ASTRI YUNITA