Dalam laporan yang dipublikasikan pada jurnal Nature akhir pekan lalu, peneliti di University of Bristol dan University of Leeds memperlihatkan bahwa hanya perubahan gas tersebut yang bisa menjelaskan perubahan wilayah hijau itu menjadi pulau es.
Dengan mengetahui mengapa es terbentuk di Greenland, para ilmuwan jadi memahami dan mengambil langkah yang tepat untuk menanggapi perubahan yang mungkin terjadi pada lapisan es dalam perubahan iklim di masa depan. "Bukti memperlihatkan bahwa sekitar tiga juta tahun yang lalu terjadi kenaikan jumlah batu dan puing di lantai samudra sekeliling Greenland," kata Dan Lunt dari University of Bristol.
Penelitian yang dibiayai oleh British Antarctic Survey itu juga mengungkapkan bahwa bebatuan tidak mungkin sampai ke sana jika gunung es belum terbentuk dan memindahkannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lapisan es Greenland mulai terbentuk pada tiga juta tahun silam. "Sebelumnya, Greenland bebas es, mungkin tertutup rumput dan hutan," tutur Lunt. "Kadar karbon dioksida atmosfer saat itu juga lumayan tinggi.
Pertanyaannya sekarang, mengapa Greenland akhirnya diliputi es? Ada beberapa teori tentang hal itu, mulai dari perubahan sirkulasi laut, naiknya ketinggian Rocky Mountains, perubahan orbit Bumi, dan perubahan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer secara alami. Dengan menggunakan pemodelan iklim dan lapisan es di komputer, Lunt dan timnya menguji teori yang paling tepercaya.
Hasilnya menunjukkan bahwa pergeseran iklim berhubungan dengan perubahan sirkulasi samudra, dan pengangkatan tektonik berpengaruh terhadap jumlah es yang menyelimuti Greenland. Juga, menebal dan menipisnya es sesuai dengan perubahan orbit bumi. Meski demikian, tak satu pun perubahan-perubahan tersebut mempengaruhi pertumbuhan lapisan es jangka panjang di Greenland.
Riset itu justru memperlihatkan bahwa penyebab dominan proses penutupan es adalah anjloknya kadar karbon dioksida atmosfer sampai ke tingkat sebelum masa Revolusi Industri di akhir abad ke-18. Saat ini, konsentrasinya mendekati level ketika Greenland masih bebas es.
Kesimpulan itu diambil berdasarkan pemodelan komputer yang menggabungkan data tentang sirkulasi samudra dan atmosfer, serta penelitian terhadap pertumbuhan es Greenland yang dimulai dari titik putih kecil di dataran tinggi sebelah timur menjadi selimut es tebal yang menutupi seluruh pulau.
Namun satu pertanyaan masih belum terjawab, yaitu mengapa karbon dioksida atmosfer yang semula tinggi itu turun drastis? "Kami akan mencoba menjawabnya selama beberapa tahun ke depan," kata Alan Haywood dari University of Leeds.
AFP | SCIENCEDAILY