TEMPO Interaktif, Jakarta: Runtuhnya bank investasi Amerika Serikat Lehman Brothers pada awal pekan ini diprediksi tidak berdampak langsung pada pasar uang di Indonesia. Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia, M S Hidayat mengatakan portofolio yang dimiliki Lehman Brothers di Indonesia tidak dalam skala besar. "Secara langsung tidak akan ada pengaruh besar," ujarnya, hari ini.
Namun dia berharap agar pelaku dan pemain pasar Indonesia menjaga pasar uang dalam negeri tetap stabil. Saat ini, kata dia, beberapa investor asing tiba-tiba melakukan aksi penjualan saham dan pergi dari pasar Indonesia. "Mereka membeli saham di Amerika Serikat dan Eropa untuk memulihkan keadaan di sana," ujarnya.
Investor pasar uang yang meninggalkan pasar Indonesia, kata dia, kebanyakan pemain asal Amerika Serikat. Beberapa dari mereka ada yang menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan membeli dolar.
Hidayat meminta pelaku para pelaku dan pemain pasar Indonesia tidak terpengaruh ikut menjual sahamnya dan membeli dolar. Tidak perlu panik, kata dia, semoga ini hanya suatu gejala sementara saja, "Sekarang juga pelan-pelan mulai rebound," ujarnya.
Dia memprediksi krisis ini akan berlangsung selama tiga bulan. Namun dia mengharapkan krisis ini tidak menyebabkan kebangkrutan di bidang usaha dalam skala besar. Indeks harga saham memang jatuh 36 persen, kata dia, namun dasar perekonomian Indonesia saat ini cukup kuat, "Seperti tersedianya cadangan devisa."
Selama tiga bulan itu, pelaku pasar diharapkan tidak bertindak emosional dan menjaga kepercayaan pasar modal. "Time to buy back," ujarnya. Terutama bagi BUMN untuk membeli saham-saham bluechips yang murah dan menahannya sampai beberapa bulan, "Pasti nilainya akan naik."
Hidayat juga meminta pelaku pasar mewaspadai kondisi AIG agar tidak kolaps. Jatuhnya AIG akan berpengaruh cukup besar pada pasar saham Indonesia karena beberapa portfolionya ada di SUN.
Untuk pengusaha, dia meminta tidak melakukan ekspansi dulu. Karena prosedur semakin ketat diikuti suku bunga yang terus melambung tinggi. "Pemerintah sebaiknya meminta sektor riil diam, selamatkan makro dulu," katanya.
Sedangkan untuk ekspor, terutama komoditas pertanian, pemerintah diharapkan dapat menjaganya. Menurutnya Indonesia tidak lagi bisa berharap pada pasar Amerika. "Amerika tidak pernah investasi ke Indonesia, tapi pasar dalam negerinya hanya membuat sulit kita," ujarnya.
Untuk komoditas lainnya, seperti tekstil diharapkan dapat dialihkan ke Jepang dan Afrika. Negara-negara di Asia, kata dia, memiliki kebijakan perdagangan yang sama, karenanya akan mudah bagi Indonesia untuk bertransaksi.
Selama tiga bulan ekspor ke Amerika mengalami penurunan hingga 20 persen, "Namun pemerintah dan pengusaha masih mencoba diversifikasi," kata dia.
CORNILA DESYANA