Menurut Presiden, impor alat pertahanan itu bukan hanya memalukan, tapi juga berbahaya. "Karena itu industri-industri pertahan kita harus terus kita tingkatkan,” kata Presiden. Jika terpaksa membelinya dari negara lain, paparnya, harus dipastikan bahwa ada skema lain di dalamnya. Misalnya, ada transfer teknologi atau kerjasama produksi. Selain itu, kata Presiden, tidak ada lagi persyaratan politik yang kerap berujung pada embargo.
Menurut Presiden, embargo alat pertahanan menyengsarakan Indonesia. Pemerintah mengaku kerepotan menangani bencana tsunami, yang merupakan operasi militer yang lebih besar dari perang, hanya karena adanya embargo tersebut. Untunglah embargo itu berakhir tahun 2005. ”Kita sekarang bisa bebas mengadakan dari mana pun senjata itu untuk keseimbangan sambil mendorong kemajuan industri nasional kita,” kata Presiden.
Presiden meminta agar apa pun hasil seminar itu disampaikan padanya. Seminar itu, paparnya, merupakan bagian dari pertanggungjawaban 10 tahun pertama reformasi yang terjadi di tubuh TNI.
Usai membuka seminar itu, Presiden yang ditemani istrinya, Ani Bambang Yudhoyono berkeliling di kompleks Sesko TNI Angkatan Darat, Jalan Gatot Subroto, Bandung. Di sana keduanya sempat menanam pohon lengkeng di halaman markas sekolah perwira tinggi itu. Setelah itu, keduanya bersama sejumlah menteri dan ditemani Gubernur Jawa Barat mengunjungi dua rumah yang sempat ditempatinya saat menjadi dosen di sana. Presiden beserta rombongan berbuka puasa di sana sebelum kembali ke Jakarta.
Ahmad Fikri