TEMPO Interaktif, Jakarta: Walau kehilangan barang dan uang, Azhari dan Yus Maheri, sangat bahagia bisa kembali ke Tanah Air. Ia sempat terapung-apung di tengah laut, begitu kapal layu yang dinaiki oleh sekitar 130 orang ditelan ombak. "Saya dua jam berenang tanpa alat," kisah Yus.
Pria asal Nanggroe Aceh Darussalam ini sebenarnya sudah lama bekerja di Malaysia. Ia juga beberapa kali mudik Lebaran dengan kapal dari Port Klang, Selangor. Di benak Yus dan Ashari, mungkin juga penumpang kapal lainnya, saat berangkat dari Port Klang pada akhir Ramadan lalu, yang terbayang adalah berlebaran di kampung halaman.
Bertemu sanak saudara dan orangtua. Sejumlah ringgit hasil memeras keringat di negeri jiran akan dibelikan oleh-oleh setiba di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Bayangan itu mendadak sirna ketika kapal yang berkapasitas 70 orang, tapi dipenuhi sekitar 130 manusia oleh dihantam ombak. "Alhamdulillah saya selamat," kata Azhari dengan logat melayu.
Azhari dan Yus tadi malam tiba di Tanjung Balai. Ia segera diantar pulang ke kampung halamannya. Tentu saja tidak membawa apa-apa selain pakaian yang melekat di badan. Itu pun pemberian dari tim penyelamat dan bantuan Pemerintah Kota Tanjung Balai.
Naas menjelang Lebaran ini sungguh memilukan. Catatan Kantor Kedutaan Besar RI di Malaysia menyebutkan terdapat 118 korban selamat yang hendak dikirim pulang ke Tanah Air. "Sekarang baru 103 orang. Tujuh lainnya masih berada di Rumah Sakit Tengku Akbar Halimah, dan sisanya lagi ada di Kedutaan," tutur Staf Penerangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia, Eka A Suripto.
Soetana Monang Hasibuan