Saham-saham perusahaan Grup Bakrie yang disuspensi adalah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP), PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY), PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR), PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), dan PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL).
Pemanggilan tersebut guna meminta penjelasan lebih jauh soal berbagai informasi yang belum akurat tentang emiten Grup Bakrie. Pasalnya, telah muncul rumor gagal bayar (default) repo (gadai saham) yang mengakibatkan sentimen negatif di pasar saham.
"Untuk itu kami akan meminta informasi supaya mendapat kejelasan dan investor menjadi tenang," kata Direktur Utama BEI, Erry Firmansyah, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (7/10).
Secara terpisah, Direktur Perdagangan Saham, Penelitian dan Pengembangan Usaha BEI, MS Sembiring, melontarkan pernyataan senada bahwa supensi bertujuan melindungi dan memberi ketenangan investor ritel. "Mungkin saja ada informasi yang belum diketahui masyarakat," kata Sembiring.
Sejak sesi I perdagangan, Selasa, 7 Oktober 2008, enam emiten dari Grup Bakrie dihentikan perdagangannya di seluruh pasar sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Suspensi baru akan dibuka kembali setelah informasi yang diperoleh otoritas bursa cukup dan dipastikan tidak akan mengganggu pasar.
Pada perdagangan Senin kemarin, saham-saham keenam emiten ini juga sempat mengalami auto rejection (penghentian perdagangan otomatis). Penyebabnya, harga saham-saham itu anjlok melebihi ambang batas bawah.
Perdagangan saham BUMI dihentikan pada level Rp 2.175, setelah anjlok 32,03 persen dari posisi pembukaan Rp 3.200. Saham UNSP dihentikan pada level Rp 460 setelah anjlok 35,21 persen dari harga Rp710. Saham BNBR juga dihentikan setelah menyentuh harga Rp145 atau anjlok 40,82 persen dari level pembukaan Rp 245.
Saham ENRG bernasib serupa, dihentikan di level Rp 350 atau anjlok 32,69 persen dari harga pembukaan Rp 520. Saham ELTY dihentikan pada harga Rp 150 setelah anjlok 36,17 persen dari posisi Rp 235. Saham BTEL dihentikan pada level Rp 150 setelah anjlok 40 persen dari harga Rp 250.
Wahyudin Fahmi