BNBR dikabarkan harus menambah dana (top up) kepada sejumlah kreditur karena harga saham yang digadaikan jauh berkurang dibanding saat transaksi gadai terjadi, sementara jatuh tempo gadai hampir tiba.
"Kalau dilihat dari maturity profile, tidak ada yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat" kata Direktur BNBR, Ari Saptari Hudaya, Senin (13/10) di Jakarta.
Namun Direktur Keuangan BNBR Yuanita Roahali mengakui bahwa dalam waktu dekat akan ada utang BNBR yang akan jatuh tempo, namun nilainya tidak terlalu besar.
"Nilainya tidak terlalu signifikan, kami akan melakukan top up kalau diperlukan" kata Yuanita.
Namun manajemen tidak menyebutkan diharga berapa saham anak usahanya mereka gadaikan.
Dalam materi paparan publiknya, utang BNBR yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu Oktober hingga Desember tahun ini sekitar Rp 329 miliar. Namun Rp 189 miliar diantaranya memiliki jangka waktu pembayaran 12 bulan kedepan mulai Oktober 2008 hingga September 2009, yang merupakan utang perseroan kepada Recapital Securities. Dan utang sebesar Rp 15 miliar kepada PT. Sucorinvest Gani telah dilunasi.
Utang kepada Aldira sebesar Rp 10 miliar akan jatuh tempo pada November 2008, Rp 35 miliar harus dibayar kepada Sarijaya Securities, Rp 50 miliar kepada Mandiri Sekuritas dan Rp 30 miliar kepada Dinar Sekuritas, ketiganya akan jatuh tempo pada Desember 2008.
Saham anak usaha yang digadaikan dalam pinjaman jangka pendek ini adalah saham PT. Bumi Resources Tbk, dan saham PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
"Hingga kini belum ada saham yang dieksekusi" katanya.
Yuanita mengungkapkan 90 persen utang BNBR akan jatuh tempo pada pertengahan 2009 dan sisannya di 2010. Utang yang harus dibayar BNBR pada 2009 adalah utang kepada Recapital Securities yang sudah mulai dicicil sejak OKtober 2008 sebesar RP 189 miliar dan kepada PNM Investment Management sebesar Rp 231,81 miliar yang akan jatuh tempo Februari 2009, serta utang senilai US$ 1,016 miliar kepada Oddickson Finance yang akan jatuh tempo pada April 2009.
"Total utang kepada Oddickson sekitar US$ 1,086 miliar, yang sudah dibayar sekitar US$ 70 juta" kata Yuanita.
Sementara utang yang akan jatuh tempo pada 2010 adalah utang sebesar US$ 176,5 juta kepada JP Morgan dan ICICI yang akan jatuh tempo pada Juli 2008. Utang perseroan kepada 2 lembaga asing ini masing-masing sebesar US$ 150 juta, namun perseroan telah membayar kepada JP Morgan sebesar US$ 78 juta dan kepada ICICI sebesar US$ 45,5 juta.
Kepada Oddickson, BNBR menggadaikan saham Bumi, Energi Mega Persada dan Bakrieland Development, sementara kepada JP Morgan dan ICICI BNBR menggadaikan saham Bumi.
Untuk membayar utang-utangnya tersebut, perseroan berencana menjual sejumlah sahamnya di beberapa anak usahanya, antara laian saham Bumi Resources, Bakrie Sumatera Plantation, Bakrieland Development, Bakrie Telecom dan Energi Mega Persada.
Namun Ari masih enggan menyebutkan siapa saja yang akan dilepas dan berapa prosentase saham yang akan dilepas. Ia pun membantah bahwa pihaknya akan melepas 10 persen saham Bumi.
"Kami sedang menegosiasikan ini dengan calon investor" kata Ari.
Ia mengatakan masih belum menetapkan siapa yang akan menjadi investor, karena masih menjaring investor potensial lain agar tawaran atas saham anak usahanya itu bisa bertambah besar.
"Maturity masih lama, karena nya kami ingin preserve value, kami tidak ingin terburu-buru dan lepas di harga murah" katanya.
Saat ini kata Ari ada beberapa investor yang tertarik pada anak usahanya, salah satunya adalah investor asing yang tertarik membeli Bakrie Telecom. Namun Ari masih enggan menyebutkan calon investor baru Bakrie Telecom ini.
"Saya akan melakukan perjalanan untuk membicarakan ini" katanya.
Ari mengatakan pelepasan saham atas anak usahanya ini diharapkan selesai pada akhir pekan ini, untuk itu ia meminta agar perdagangan saham BNBR dan 5 anak usahanya di Bursa Efek Indonesia (BEI), tetap dihentikan sementara selama 6 hari. Hal tersebut dilakukan agar calon investor bisa berpikir dengan baik.
Sementara itu Direktur Perdagangan dan Keanggotaan BEI, MS Sembiring mengatakan saham grup Bakrie belum akan dibuka perdagangannya, namun ia menambahkan bahwa hal tersebut bukan dikarenakan adanya permintaan grup Bakrie tersebut.
"Sepertinya masih di suspensi karena kami masih tunggu hasil paparan publiknya yang dilakukan sore tadi" kata Sembiring dihubungi Tempo lewat telepon.
Ia mengatakan bila ternyata besok pagi BEI sudah menerima hasil paparan publik dan merasa informasinya mencukupi maka suspensi akan dibuka, namun bila ternyata informasi yang diberikan belum jelas, BEI akan meminta penjelasan lagi dengan tetap mensuspensi saham ke enam perusahaan Bakrie ini.
Ari Astri Yunita