Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Limbah Tekstil Cemari Sungai di Surakarta

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Surakarta: Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO), Lembaga Swadaya Masyarakat di Surakarta, Jawa Tengah, menyoroti maraknya limbah industri batik di Laweyan yang langsung dibuang di sungai. 

"Dari hasil penelusuran kami sepanjang 2008 ini, ternyata banyak industri batik yang membuang limbahnya ke sungai tanpa melewati proses pengolahan," jelas Setyo Dwi Herwanto, koordinator PATTIRO, Selasa (14/10). Sungai yang biasa dijadikan tempat pembuangan limbah adalah Kali Premulung yang melewati sisi selatan Surakarta hingga berakhir di Sungai Bengawan Solo. 

Hasil akhirnya, sungai-sungai di Surakarta banyak yang tercemar hingga mengakibatkan kualitas air memburuk. "Kami melihat sendiri, saat pagi dan sore hari, air sungai berubah menjadi hitam dan merah. Itu bahan kimia batik," kata Setyo. 

Masyarakat sekitar Laweyan banyak yang mengeluhkan kualitas air sumur mereka. Ada penduduk yang gatal-gatal dan iritasi kulit. "Bayangkan jika air seperti itu diminum," tambah Setyo. 

Dia mengaku sempat masuk ke salah satu industri tersebut, dan menemukan ada limbah yang diolah dan ada yang dibuang langsung ke sungai. Pengolahan limbah pun, lanjut Setyo, belum maksimal. "Idealnya satu industri punya satu Instalasi Pengolahan Air Limbah," tuturnya. 

Di Laweyan, satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dipakai beramai-ramai. Bahkan home industry tidak memiliki IPAL. "Alasannya klasik, dana," kata Setyo yang menambahkan program-program dari Kantor Lingkungan Hidup seputar penanganan limbah belum optimal. 

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Surakarta Supono membantah temuan PATTIRO. "Tidak ada pencemaran di sekitar Laweyan. Semua memiliki IPAL yang memadai," tegas Supono. 

Saat dikonfirmasi tentang home industry yang belum memiliki IPAL, Supono tidak membantahnya. "Memang masih ada yang belum punya (IPAL). Tapi terus kami sosialisasikan untuk melengkapinya," ujarnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kantor Lingkungan Hidup Surakarta tidak memberikan dana khusus bagi home industry. "Itu tanggung jawab mereka. Jika masih tidak memiliki IPAL, akan kami lihat bentuk pelanggaran dan tingkat pencemarannya. Tidak bisa serta merta ditutup," tandasnya. 

Sementara itu, Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan Alfa Fabela mengatakan IPAL yang ada di Laweyan memang belum bisa menampung 45 industri batik di Laweyan. "Hanya sebagian saja. Lainnya membuat IPAL sederhana secara mandiri," ungkapnya. 

Dia mengakui proses pengolahan limbah di Laweyan memang belum maksimal. "Tapi kami sudah berusaha mengatasinya," lanjutnya. 

Menurut Alfa, persoalan limbah di Laweyan tidak semata-mata salah pengusaha batik. Limbah, tambahnya, juga berasal dari kampung-kampung di utara Laweyan. "Geografis yang rendah membuat limbah tersebut terakumulasi di Laweyan. Sehingga seolah-olah kamilah penghasil limbah di Kali Premulung," tandasnya. 

Ukky Primartanyo 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Warga mengambil air tercemar limbah industri untuk menyiram kebun sayuran di pinggir Sungai Cimande, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 Oktober 2023. Tak hanya sumur yang kering, beberapa sumber air bahkan tercemar rembesan limbah industri dari Sungai Cimande selama kemarau panjang. TEMPO/Prima mulia
Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.


Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Anak-anak bermain di kali Bekasi yang kondisinya air hitam pekat dan berbau akibat tercemar limbah di kawasan curug Parigi, kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 17 September 2023. Kondisi air yang tercemar limbah industri ini mengakibatkan produksi Air Minum Tirta Patriot terganggu sejak 14 September. ANTARA/Paramayuda
Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Cileungsi, hulu Kali Bekasi, menghitam akibat tercemar seperti terlihat pada Rabu, 13 September 2023. Dok. KP2C
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Foto udara Kali Bekasi yang berubah warna menjadi hitam pekat, di Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 2 Agustus 2019. Pencemaran berat ini menyebabkan produksi air di PDAM Tirta Patriot menyusut, dari semula 490 liter perdetik menjadi 420 liter perdetik. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.


Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis Covid-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton. ANTARA/M Risyal Hidayat
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.


Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan ribu ikan bandeng milik nelayan Kota Semarang mendadak mati. Warga menduga kematian ikan di keramba tersebut akibat aliran air limbah dari Kawasan Industri Lamicitra. (Tangkapan layar video nelayan)
Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.


Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.


Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

29 Juli 2021

Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Brawijaya di Malang meneliti pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai penyerap sekaligus pengganti warna limbah industri. Kredit: Universitas Brawijaya
Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh


KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

28 Juli 2021

Foto udara menunjukkan limbah industri yang mencemari Sungai Citarum di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 11 Desember 2019. Sejumlah pabrik masih membuang limbahnya secara langsung ke aliran Sungai Citarum meski telah diterbitkannya perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. TEMPO/Prima Mulia
KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.


Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

2 Juni 2021

Ilustrasi senjata tajam atau pisau. Shutterstock
Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.